Imam Jemaah Aolia Gunungkidul Mbah Benu Ungkap Bangunan Misterius di Pantai Selatan Ngobaran Bukan Musala, Ternyata Ini Fungsinya
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Imam jemaah Aolia Gunungkidul KH Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu mengungkap bangunan menyerupai Masjid atau Musala di Pantai Selatan, Ngobaran Gunungkidul ternyata bukan musala atau pun Masjid. Bangunan itu diakuinya menjadi tempat pertemuannya dengan Ratu Pantai Selatan.
Hal itu diungkapnya Mbah Benu dalam wawancara dengan Harianjogja.com, pada awal Februari 2024 silam. Bangunan bernama Aolia tersebut didirikan oleh Kyai asal Kapanewon Panggang Gunungkidul itu pada tahun 2005 silam. Pembangunannya hampir bersamaan dengan Pura Segara Wukir.
Advertisement
Musala itu berdiri di atas batuan karang, tepat di tengah lengkungan daratan. Ukurannya sekitar 3 X 3 meter dengan tinggi 3,5 meter. Temboknya tampak masih kokoh dengan kramik warna biru yang melapisi bagian luar dan putih di bagian dalam. Di ketiga sisi terdapat lubang setengah lingkaran dengan ornamen seperti suluk. Lantainya pun pasir putih bukan semen.
Apabila melihat Musala tersebut secara sekilas, seseorang akan melihat bagian yang beda dan banyak disalahartikan sebagai panti imam. Pasalnya, ada bagian menjorok ke arah samudra Hindia semacam kamar berukuran 1,5 X 2 meter dengan tinggi sekitar 2 meter. Atapnya hanya dak semen bukan genting. Di bagian muka, ada pintu terbuka dengan bentuk mirip lubang kunci. Bagian inilah yang sering disalahpahami sebagai panti imam atau arah kiblat.
Mbah Benu yang memiliki nama lengkap Ibnu Hajar Sholeh Pranolo merupakan Kyai yang mendirikan bangunan di Pantai Ngobaran yang kerap disalahartikan sebagai Musala. Di ruangannya, dia menceritakan asal-muasal bangunan tersebut.
“Bangunan itu saya bangun tahun 2005. Itu bukan Musala. Kalau Musala kiblatnya tidak menghadap ke selatan,” kata Mbah Benu pada awal Februari 2024 lalu.
Bangunan tersebut merupakan tempat pertemuan antara dirinya dengan ratu-ratu Pantai Selatan seperti Dewi Utari, Dewi Nari Ratih, Dewi Nawang Wulan, Retno Dumilah, Kwan Im. “Itu tempat saya bertemu ratu-ratu Kidul. Blorong tidak, soalnya dia muridnya iblis,” katanya.
BACA JUGA : Jemaah Aolia Gunungkidul Gelar Salat Idulfitri Pagi Ini, Ikuti Perintah Mbah Benu
Nama Nawang Wulan sendiri lekat dengan cerita anak dalam kisah Jaka Tarub. Muhammad Sholikhin dalam buku Kanjeng Ratu Kidul dalam perspektif Islam Jawa menjelaskan bahwa Dewi Nawangwulan yang berasal dari Kahyangan tidak dapat kembali karena pakaiannya dicuri Jaka Tarub yang akhirnya menjadi suaminya.
Suatu saat dia menemukan pakaian yang dicuri dan disembunyikan Jaka Tarub. Nawangwulan lalu pulang ke Kahyangan. Namun dia diminta kembali untuk mengabdi kepada penguasa laut selatan.
Joko Santoso dan Sudiati dalam karyanya berjudul Nilai-nilai Budaya Cerita Lisan di Wilayah Pesisir Selatan Parangtritis DIY di Jurnal Humaniora mengatakan cerita lisan memiliki fungsi yang relatif tetap sebagai alat pewarisan keteladanan dan penghormatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hujan Deras, Dapur di Rumah Warga Kasihan Bantul Roboh Timpa Penghuni
- Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Gunungkidul Segera Tetapkan Status Siaga
- Prediksi Cuaca BMKG, Seluruh Wilayah DIY Diguyur Hujan Lebat 3 Hari ke Depan
- Liga 1 Besok, PSS Jamu PSBS Biak, Ini Head to Head Kedua Tim
- KPU Bantul Mulai Mendistribusikan Undangan Nyoblos di Pilkada
Advertisement
Advertisement