Advertisement

Hindari Kemacetan, Wisatawan Pilih Menginap di Homestay Pinggiran Kota

Catur Dwi Janati
Senin, 15 April 2024 - 19:27 WIB
Mediani Dyah Natalia
Hindari Kemacetan, Wisatawan Pilih Menginap di Homestay Pinggiran Kota nWisatawan asing melintas di lereng Gunung Merapi wilayah Kaliadem, Cangkringan, Sleman, setelah terjadi erupsi, Selasa (3/3/2020). - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Tren menginap para tamu di Jogja pada libur Lebaran kali ini tak melulu berpusat di hotel-hotel kawasan perkotaan. Bisnis homestay di pinggiran kota yang jauh dari bising dan kemacetan serta menawarkan nuansa yang lebih dekat dengan alam, kini justru tengah digandrungi para pemudik saat libur Lebaran.

Pengelola Omah Minggir Homestay, Wendra Raditya mengungkapkan saat Lebaran, banyak tamu yang menggunakan strategi go-show untuk memesan penginapan. Bukan memesan kamar jauh-jauh hari, para tamu justru memesan di waktu yang mepet. Alasannya tentu mengkalkulasi potensi kemacetan saat mudik dan waktu sampai di penginapan.

Advertisement

"Jadi mereka itu akan lebih memilih mepet harinya. Lebih misal pas masuk Jogja mereka baru pesan. Itu sudah lama berlangsung, karena mereka mengantisipasi kemacetan, malas macet," ungkapnya pada Senin (15/4/2024)

Penginapan di kawasan pinggir kota seperti Omah Minggir yang terletak Sendangrejo, Kapanewon Minggir selanjutnya menjadi pilihan para wisatawan karena letaknya jauh dari kemacetan. "Mereka mempertimbangkan kemacetan di Jogja, mereka memilih di pinggiran Kota Jogja," ujarnya.

Baca Juga

Daya Beli Turun, Asita DIY Sebut Wisatawan Banyak Pilih Homestay ketimbang Hotel

Homestay Jadi Primadona untuk Liburan Lebaran, Ini Buktinya

Tahun 2024 Dispar Bantul Sasar Peningkatan Okupansi Homestay di Desa Wisata

Selain aspek kemacetan yang dihindari para wisma tamu, Raditya juga mengungkapkan aspek lain yang menjadi sebab homestay banyak diminati. Aspek tersebut terletak pada sisi kebosanan. Dalam hal ini, para wisma tamu mungkin sudah terbiasa menginap di hotel berbintang. Karenanya di momen libur lebaran ini menginginkan nuansa penginapan yang baru, yang lain dari kesan kemewahan di hotel berbintang.

"Selain menghindari kemacetan mereka itu juga mungkin karena sudah terbiasa menginap di hotel yang bentuknya building, hotel yang tingkat. Itu menjadi fenomena baru ketika mereka memilih menginap yang suasananya itu alam, itu jadi hal baru, pengalaman baru," tuturnya.

Faktor terakhir yang juga berpotensi mempengaruhi okupansi homestay yakni letaknya yang mungkin dekat dengan tujuan pemudik. Entah itu dekat dengan rumah sanak famili atau tempat wisata yang bakal dituju.

"Itu tentu iya, biasanya mereka punya akses menghindari kemacetan, mereka juga mendekati keluarga besarnya. Daerah kunjungannya di mana, maka akan lebih efisien perjalanannya. Mereka kan juga akan menentukan titik-titik jalannya, wisatanya akan kemana," imbuhnya.

Di Omah Minggir lonjakan tamu menginap mulai terlihat tujuh hari sebelum lebaran. Lama tinggalnya pun cukup lama, dari mulai satu hari hingga lima hari menginap. Tiga kabin yang tersedia, ludes terisi penuh oleh tamu. Para tamu silih berganti datang maupun pergi selama lebaran. Kenaikan okupansi di Omah Minggir Homestay bahkan menyentuh angka 30%. "Kami dari H-4 sampai tanggal 17 April besok penuh," katanya.

Gaya menginap di homestay ini disebut Raditya terjadi sejak pandemi. Tren ini selanjutnya terus berlanjut sampai saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement