Advertisement

Kasus DBD di Gunungkidul Mulai Menurun

Andreas Yuda Pramono
Minggu, 05 Mei 2024 - 11:57 WIB
Sunartono
Kasus DBD di Gunungkidul Mulai Menurun Nyamuk / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Gunungkidul turun dari Maret ke April 2024. Sejak dua bulan itu, tidak ada kasus kematian yang dicatat Dinkes.

Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono mengatakan angka kasus DBD pada Maret mencapai 192 kasus, sedangkan pada April ada 55 kasus. Hanya, angka kasus bulan April masih belum final, masih ada data yang akan dientri pada pekan pertama Mei 2024.

Advertisement

“Penurunan kasus DBD buan April signifikan, setengah kasus lebih dari angka kasus DBD pada Maret 2024,” kata Ismono dihubungi, Sabtu (4/5/2024).

BACA JUGA : Kasus DBD Meningkat di Bantul, Cuaca Ekstrem Jadi Penyebabnya

Adapun angka kasus DBD pada Januari dan Februari lalu total mencapai 220 kasus dengan dua dua kematian. Dua kematian tersebut adalah anak berumur 5 tahun dan 10 tahun.

Angka kasus itu hampir menyamai jumlah total kasus yang sama sepanjang tahun 2023. Tahun lalu, ada sebanyak 260 kasus DBD dengan satu kematian. Apabila melihat angka kasus pada 2022, jumlahnya justru lebih banyak mencapai 457 kasus dengan tiga kematian. Sedangkan, pada 2021 ada 189 kasus DBD dengan tiga kematian.

Khusus kasus DBD pada Januari dan Februari 2024, kapanewon yang menjadi wilayah dengan sebaran terbanyak ada di Wonosari dan Paliyan. Banyaknya kasus di dua wilayah itu berkorelasi dengan padatnya penduduk.

Dinkes telah melakukan program intervensi seperti fogging focus dan edukasi pemberantasan sarang nyamuk (PSM). Masih ada enam lokasi yang akan disasar program fogging focus.

“Fogging focus ini pelaksanaannya kondisional mengacu pada lokasi yang tercatat mengalami peningkatan kasus,” katanya.

Ketersediaan abate atau obat pembunuh larva nyamuk di Dinkes Gunungkidul menipis. Tahun ini, Dinkes tidak melakukan pengadaan abate karena keterbatasan anggaran.

Terkait program nyamuk ber-wolbachia, Ismono mengaku nyamuk tersebut efektif mencegah munculnya penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue di dalam tubuh nyamuk aedes aegypti.

Wolbachia merupakan sebuah bakteri yang memiliki kemampuan untuk menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti. “Terbukti juga wilayah yang menerapkan program wolbachia ini kasusnya turun. Hanya, Gunungkidul memang belum menerapkan program itu,” ucapnya.

BACA JUGA : Kasus DBD di DIY Meningkat, Dinkes Minta Warga Kembali Galakkan Program 3M Plus

Ismono mengaku belum tahu apakah Gunungkidul akan menerapkan program nyamuk ber-wolbachia tersebut atau tidak. Menurut dia, efektivitas penyebaran dan keberhasilan nyamuk tersebut ditentukan pada kepadatan penduduk.

“Program nyamuk ber-wolbachia itu menyasar wilayah padat penduduk atau rumah. Kalau rumah-rumah justru tersebar, informasinya yang saya dapat justru tidak efektif bagi perkembangan nyamuk itu,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Penyelundupan 142 Gram Sabu Asal Malaysia Berhasil Digagalkan

News
| Sabtu, 18 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement