VISI PEMDA DIY: Membawa Sumbu Imajiner Mendunia Melalui Geopark Jogja
Advertisement
JOGJA—Pemda DIY berkomitmen mewujudkan kawasan geopark Jogja menjadi geopark nasional agar kelestarian situs di kawasan itu bisa dijaga dan terkelola dengan optimal. Kawasan Geopark Jogja yang bertajuk Keistimewaan Harmoni Merapi-Gumuk Pasir Parangtritis itu diharapkan bisa memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk menjaga dan menjadi salah satu sumber pendapatan ekonomi bagi mereka.
Kepala Biro Pengembangan Infrastruktur Wilayah dan Pembiayaan Pembangunan Setda DIY, Yudi Ismono mengatakan ada sejumlah persiapan yang dilakukan untuk mewujudkan kawasan geopark Jogja menjadi geopark nasional.
Advertisement
Kawasan gumuk pasir./Istimewa
Selain menyiapkan dokumen dan visi misi pengelolaan, pihaknya juga memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia di sekitar geopark itu agar mereka termotivasi menjadi lebih kompetitif dan memiliki nilai jual yang tinggi. "Penetapan geopark Jogja sebagai geopark nasional tentu akan berdampak pada pengembangan wilayah, memunculkan mitigasi bencana dari masyarakat, kemudian untuk mendidik masyarakat pada kehidupan yang lebih baik dengan penghormatan pada budaya yang beragam," katanya, Rabu (22/5/2024).
Tak hanya itu, pihaknya juga berupaya mengedepankan filosofi lokal yang mendunia yakni Hamemayu Hayuning Bawana dalam pengembangan geopark Jogja. Selain itu geopark yang kini dikelola oleh masyarakat pun diajak untuk lebih peduli dengan situasi tersebut dengan memberikan contoh pada pengelolaan geosite yang telah berhasil. "Pada pertengahan Juli nanti ada penilaian dari Pusat terhadap geopark Jogja. Setelah dinilai akan ada pengakuan dan jadi titik awal kebangkitan geopark Jogja ke dalam format geopark baik dari sisi pengelola, publik, ekonomi sarana dan prasarana itu akan berkembang seiring dengan penetapan geopark," ujar dia.
Laboratorium Alam
General Manager Badan Pengelola Geopark Jogja, Dihin Nabrijanto menjelaskan ada 20 warisan geologi yang ada di Jogja dengan lima di antaranya masuk ke dalam wilayah Gunungkidul yang tergabung dalam kawasan geopark Gunung Sewu, sementara 15 lainnya itulah yang akan diajukan ke Pusat menjadi geopark nasional.
Adapun ke-15 geosite itu yakni Tebing Breksi, Lava Bantal Berbah, Volcano Park Bakalan, Rayapan Tanah Nglepen, Merapi Turgo Plawangan, Kompleks Perbukitan Intrusi Godean, Batu Gamping Ambarketawang, Gumuk Pasir, Lava Purba Mangunan, Sesar Opak Bukit Mengger, Puncak Tebing Kaldera Purba Kendil Suroloyo, Perbukitan Asal Struktur Geologi Widosari, Goa Kiskendo, Mangan Kliripan Karangsari, dan Formasi Nanggulan Eosen Kalibawang.
Salah satu spot di Tebing Breksi./Istimewa
"Pada awalnya 15 geosite itu adalah tempat belajar atau laboratorium alam, kalau dibiarkan dan tidak dilindungi akan rusak dan habis," katanya.
Dihin mencontohkan seperti Tebing Breksi yang dulunya ditambang oleh masyarakat sekitar. Perlahan-lahan masyarakat setempat bisa diedukasi untuk alih profesi tanpa menghilangkan mata pencaharian mereka. Kini kawasan itu menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Jogja dan pengelolaannya menghasilkan ratusan juta rupiah yang juga dirasakan bagi warga sekitar.
"Itu salah satu contoh baik pengelolaan warisan geologi yang bisa memberdayakan masyarakat setempat. Selain ekonomi meningkat, warisan geologi juga tetap ada, itu yang disebut pengelolaan berkelanjutan," ujarnya.
BACA JUGA: Selamat! Gunungsewu Berhasil Pertahankan Status Global Geopark
Menurut Dihin, ada beberapa syarat yang harus dimiliki agar geopark Jogja bisa menjadi geopark nasional. Pertama harus punya warisan geologi yang sudah ditetapkan pemerintah, punya badan pengelola, punya rencana induk, kemudian mengajukan proposal untuk bisa ditetapkan statusnya setelahnya akan ada penilaian pada 21-25 Juli mendatang.
"Hal yang kami lakukan yakni edukasi kepada pokdarwis [kelompok sadar wisata] masing-masing geosite bahwa mereka harus sadar potensi, tetapi kan tidak sama semua potensinya dan kami sudah memberikan pelatihan kepada mereka," katanya.
Dihin menambahkan, misi perlindungan geopark Jogja itu ada pada konservasi Sumbu Imajiner yang membentang dari Gunung Merapi sampai ke Pantai Selatan. Utamanya untuk mendukung itu semua 15 geosite akan menjadi wahana bagi masyarakat dalam menambah kesejahteraan dengan dikelola seperti Tebing Breksi dan Gunung Api Nglanggeran.
"Kami harus punya visibilitas jelas, penanda arah, Pokdarwis siap. Nanti Pokdarwis sana yang akan disuruh bercerita bagaimana mereka mengelola dan tahu keunikan serta sadar potensinya. Kami mau jadi kan DIY sebagai Pusat Penelitian dan Pendidikan Kebumian terkemuka. Kami akan dorong ke pendidikan dulu kalau pun ada bonusnya ke geowisata.”
Ke depannya setelah penetapan nasional kami akan menuju ke pengelolaan bertaraf internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Musim Hujan Tiba, Masyarakat Diminta Waspada Ancaman Demam Berdarah
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tutup Tahun Kian Dekat, Pemkot Jogja Kebut Pembangunan di Sejumlah Titik Ini
- 6 Bulan, Penduduk Sleman Bertambah Ribuan Jiwa
- 2 Motor Adu Banteng, Remaja asal Gunungkidul Alami Luka-Luka
- Oplos Gas Melon Jadi Gas 12 Kg, Dua Pria di Gamping Ditangkap Polisi
- Progres Pembangunan Jogja Planning Gallery, Pemda Sebut Masih Lakukan Kajian HIA
Advertisement
Advertisement