Advertisement

Penggerobak Mengeluh, Jadwal Buang Sampah Tak Pasti hingga Kehilangan Pekerjaan

Alfi Annisa Karin
Senin, 10 Juni 2024 - 20:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Penggerobak Mengeluh, Jadwal Buang Sampah Tak Pasti hingga Kehilangan Pekerjaan Gelaran Rapat Dengar Pendapat Umum di DPRD Kota Jogja yang menghadirkan berbagai stake holder di bidang persampahan beberapa waktu lalu - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin

Advertisement

Harianjogja.com, UMBULHARJO—Para penggerobak sampah di Kota Jogja beberapa waktu lalu mengeluh ke DPRD Kota Jogja. Mereka mengadu lantaran para penggerobak tak diberi jadwal pasti kapan mereka diperkenankan membuang sampah di depo. Aduan lainnya juga berkaitan dengan beberapa penggerobak yang mulai kehilangan pekerjaan. Sebab, tak bisa beri kepastian kepada pelanggannya kapan sampah diangkut.

Aduan ini terhitung sudah dua kali dilayangkan kepada DPRD Kota Jogja. Pertama, para penggerobak melalukan audiensi dengan Komisi C DPRD Kota Jogja pada 15 Mei 2024. Disusul aduan kedua yang disampaikan pada gelaran rapat dengar pendapat umum Raperda Pengolahan Sampah, 7 Juni lalu.

Advertisement

Salah satu penggerobak adalah Ratman. Sehari-hari, dia membuang sampah yang diambil dari pelanggannya ke Depo Pengok. Dia mengeluh tak ada jadwal pasti kepada penggerobak. Di sisi lain, menurutnya pembuang sampah mandiri boleh membuang dengan bebasnya. Padahal, pembuang mandiri itupun tak bisa dipastikan warga Jogja atau bukan karena tak dicek KTP-nya.

"Kami iri penggerobak karena tidak ada jadwal. Mau datang saja enggak boleh. Buang malam juga bermasalah dengan warga. Pada intinya saya mewakili teman-teman penggerobak se-Kota Jogja agar supaya penggerobak diberi jadwal kepastian buang sampah," ujar Ratman di sela rapat dengar pendapat umum Raperda Pengelolaan Sampah di DPRD Kota Jogja belum lama ini.

Ratman menambahkan sejatinya bisa saja dia dan penggerobak lainnya ikut jadwal pembuang sampah mandiri yang dibuka setiap pukul 07.00-08.00 WIB. Namun, dia juga tak habis pikir bagaimana kondisi sampah di Depo Pengok nantinya. Sebab, menampung sampah dari pembuang mandiri saja tumpukan sudah hampir menyentuh jalan. Dia khawatir justru akan mengganggu arus lalu lintas di sana. Apalagi, pagi hari merupakan jam-jam sibuk. Sebagian masyarakat sengaja melewati Depo Pengok untuk mengantar anak sekolah atau berbelanja di pasar sekaligus membuang sampah.

"Kami mohon, mau buang saja enggak boleh. Kami mohon penggerobak ada jadwalnya supaya tidak putus perekonomian kami," tuturnya.

Ratman menjelaskan sebelumnya dia punya 20 anggota penggerobak. Namun, karena ketidakpastian jadwal ini satu demi satu anggotanya memilih untuk tak lagi melanjutkan pekerjaan sebagai penggerobak sampah. Saat ini tinggal tersisa 12 penggerobak yang bertahan.

"Saya punya anggota 20, mrotoli tinggal 12 karena tidak adanya jadwal pembuangan untuk penggerobak. Kami mengalami, di depo diusir, tidak boleh buang," imbuhnya.

Penggerobak lainnya adalah Siswoyo. Berbeda dengan Ratman, dia sehari-hari bekerja di Depo Mandala Krida. Pada kesempatan kali ini, Siswoyo meminta para pemangku kepentingan untuk merasakan secara langsung bagaimana kondisi bau serta tumpukan sampah yang ada di Depo Mandala Krida. Dia menyesalkan upaya pemerintah yang seperti tak memberi efek apapun pada persoalan sampah.

"Sebetulnya pemerintah itu mau mengatasi masalah atau nambahi masalah. Saya sebagai warga negara, sangat prihatin kok raiso yo, detik ini sampah nganti mbludak kaya gini ora rampung-rampung," sesalnya.
Baca Juga

Sampah Menumpuk di Jogja, Pemda DIY Terpaksa Buka TPA Piyungan

Perkara Sampah, Jogja Menjadi Sorotan Utama di Media Maya

Miris! Tumpukan Sampah Masih Ditemukan di Jalan Protokol hingga Depo Jogja

Dia menambahkan kampanye pilah sampah dan mengolah sampah yang dicanangkan pemerintah selama ini bukanlah solusi. Menurutnya, sampah yang dipilah ataupun diolah tetap akan menghasilkan sampah residu. Menurutnya, satu-satunya solusi terbaik adalah memusnahkan sampah. Dengan cara apa, Siswoyo mengatakan seharusnya pemerintah-lah yang lebih tahu jawabannya.

"Nek arep mengatasi masalah, mbok sudah dilebur saja. Dilebur itu ya sedino entek. Sampah provinsi itu berapa to Pak? Seribu ton (misalnya) mampu untuk sehari, 24 jam selesai, harusnya. Itu ampuh. Senjata pamungkas itu. Kalau mau ngatasi, senjatanya cuma dilebur itu. Nek judule mengolah itu hanya ngajari dadi pemulung," keluh Siswoyo.

Menanggapi berbagai keluhan itu, Kabid Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Ahmad Haryoko mengaku semua masukan telah tercatat. Nantinya, masukan-masukan itu akan dia sampaikan kepada atasannya untuk selanjutnya ditindaklanjuti.

"Kami berterima kasih atas saran dan masukan, serta menjadikan ini sebagai koreksi. Sehingga bisa menjadi perbaikan dalam pelayanan ke masyarakat khususnya terkait dengan pengelolaan sampah," kata Haryoko.

Terkait dengan jadwal pembuangan sampah di depo, Haryoko meminta masyarakat untuk bersabar. Sebab, saat ini semua sarana pengolahan sampah di Kota Jogja sedang dalam proses penyelesaian. Targetnya, pembangunan itu selesai pada Juni ini. Namun, dia tak bisa memastikan kapan seluruhnya bisa beroperasi optimal. Jika dipaksakan, Haryoko khawatir pengolahan justru tidak maksimal.

"Kami sedang berproses, semua on the track. Jadi sebisa mungkin masyarakat dapat memahami persoalan yang sedang terjadi saat ini," imbaunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenperin Terbitkan Platform JIS dan Polimer untuk Percepatan Layanan Industri

News
| Sabtu, 28 September 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Menyusuri Assos, Permata di Aegean Utara Turki

Wisata
| Sabtu, 28 September 2024, 01:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement