Advertisement

Gerakan Organikkan Jogja, 13 RW di Kelurahan Ngupasan Pasang Puluhan Biopori

Alfi Annisa Karin
Rabu, 07 Agustus 2024 - 17:57 WIB
Ujang Hasanudin
Gerakan Organikkan Jogja, 13 RW di Kelurahan Ngupasan Pasang Puluhan Biopori Sosialisasi gerakan Organikkan Jogja di Kelurahan Ngupasan belum lama ini. - Ist/Dokumentasi Kelurahan Ngupasan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Pemkot Jogja tengah menggencarkan gerakan Organikkan Jogja sebagai upaya penanganan sampah skala rumah tangga. Lewat gerakan ini, masyarakat diajak untuk mengolah sampah organik dengan berbagai cara. Mulai dari biopori, ember tumpuk, losida, dan berbagai cara lainnya.

Pemkot Jogja juga menempuh upaya sosialisasi hingga ke wilayah, termasuk ke Kelurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan. Selain itu, jajaran wilayah juga diminta untuk melakukan monitoring dan evaluasi terkait pemasangan biopori yang selama ini sudah ada.

Advertisement

Lurah Ngupasan Sutana menjelaskan pihaknya telah melakukan monitoring dan evaluasi program pemasangan biopori di semua RW. Ini penting sebagai wujud pertanggungjawaban dan agar progres mengenai gerakan Organikkan Jogja bisa lebih terpantau.

Hasil monitoring nantinya akan menjadi bahan kajian bagi Pemkot Jogja untuk mengambil langkah kebijakan. Sutana menuturkan sejauh ini pemasangan biopori telah dilaksanakan di 13 RW di Kelurahan Ngupasan.

"Masing-masing RW mendapatkan 54 paket bantuan alat biopori. Dengan rincian di setiap RW dipasang di 27 lokasi rumah tangga," ujarnya.

BACA JUGA: Ratusan Anggota Bank Sampah Diedukasi soal Gerakan Organikkan Jogja

Sutana menyebut ada sejumlah kendala yang dihadapi. Diantaranya tidak semua wilayah di Kelurahan ngupasan tersedia lahan tanah yang memadai untuk pemasangan biopori. Untuk itu, pemasangan secara komunal di satu titik menjadi solusinya.

Ke depan, monitoring dan evaluasi akan terus dilanjutkan di semua RW di Kelurahan Ngupasan. Sebagai bahan acuan monitoring di lapangan, setiap pengurus bank sampah di setiap RW diminta untuk mengisi laporan pemantauan pemasangan biopori.

"Di situ akan teridentifikasi status pemasangan antara apakah TD (terpasang dimanfaatkan), TTD (terpasang tidak dimanfaatkan) atau TT (tidak terpasang)," ujarnya.

Terpisah, Sekretaris Daerah Kota Jogja Aman Yuriadijaya menuturkan sampah organik menjadi jenis sampah uang paling sulit diolah. Sebab, punya kandungan air yang tinggi dan kalori yang rendah. Sampah organik bahkan mencapai 60 persen dari total produksi sampah harian Kota Jogja atau setara dengan 120 ton. Untuk itu, dia mengajak masyarakat untuk turut serta mengolah sampahnya masing-masing.

"Gerakkan Organikkan Jogja adalah kunci. Di depo ada hari residu organik, yang boleh dibuang residu di luar organik basah seperti daun, rumput yang relatif lebih kering dan punya kalori," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Belum Setahun Menjabat, Erick Thohir Copot Bayu Krisnamurthi dari Posisi Dirut Bulog

News
| Senin, 09 September 2024, 23:27 WIB

Advertisement

alt

Kawah Ijen Mulai Dibuka Kembali, Ini SOP Pendakiannya

Wisata
| Sabtu, 07 September 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement