Meninggal Dunia Tadi Pagi, Begini Perjalanan Hidup Lasiyo, si Profesor Pisang dari Bantul
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Profesor Pisang asal Bantul, Lasiyo meninggal dunia di usia 69 tahuh, Minggu (8/9/2024) pagi.
Lurah Sidomulyo, Bambanglipuro, Edi Murjito membenarkan kabar duka tersebut. Dia mengatakan Lasiyo meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati, Minggu pagi sekitar pukul 10.00 WIB.
Advertisement
"Benar, meninggal dunia tadi pagi jam 10.00 WIB. Rencana dimakamkan Senin (9/9/2024) pukul 10.00 WIB di Makam Suci Ponggok," kata Edi kepada Harianjogja.com, Minggu (8/9/2024).
Dalam wawancara terakhir dengan Harianjogja.com, Rabu (3/4/2024), Lasiyo masih terlihat segar dan mampu menjelaskan 12 jenis bibit pisang yang kini ditanganinya.
Mulai dari varietas pisang tanduk, moro sebo, raja kidang, barangan, raja nangka, cavendish, raja bagus, raja bulu, kapok kuning, kojo/susu, emas kirana dan ambon kuning. Adapun bibit pisang Lasiyo dibanderol mulai dari Rp13.000 sampai Rp15.000 per batang.
Lasiyo sendiri mengungkapkan, awalnya tidak ada ketertarikan dengan pisang. Sebab, sejak tahun 1996, dirinya telah menetapkan diri menjadi petani. Berbagai jenis tanaman, seperti padi, jagung, kedelai, kacang, cabai, terong maupun tomat menjadi tanaman yang bisa ditanamnya.
Baru setelah gempa bumi 2006, Lasiyo tersadar jika hasil budidaya tanaman pangan di sawah itu sangat kurang sekali. Saking kurangnya, banyak lahan pertanian di sekitar rumah Lasiyo yakni Ponggok, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, dibiarkan bero selama dua tahunan.
"Dari situ, muncul ide bagaimana agar para petani di tempat saya ini bersemangat untuk bekerja. Lalu, saya berembuk dengan warga dan pak lurah untuk menanam pisang agar semangat para petani ini bangkit dari keterpurukan," katanya.
Pemilihan pisang, menurut Lasiyo bukan tanpa alasan. Sebab, selain bibit pisang sangat mudah didapatkan, perawatannya juga mudah dan murah. Tidak hanya itu, Lasiyo juga memiliki jaringan di Dinas Pertanian Kota Jogja, terkait dengan pasokan bibit pisang.
Setelah mendapatkan persetujuan bersama dari warga dan lurah setempat, maka dibuatlah peraturan desa terkait dengan penanaman pisang. Selain itu, ada permintaan dari lurah setempat, jika akan ada pemberian bibit pisang dengan persyaratan terbentuknya kelompok tani.
"Selain itu, bibit pisang akan dibelikan oleh pihak kalurahan jika mau menanam 50 bibit pisang. Jika tidak, maka tidak akan dibelikan bibit," terang Lasiyo.
BACA JUGA: Kabar Duka, Profesor Pisang dari Bantul Meninggal Dunia
Seiring berkembangnya waktu, pada 2007 ada proyek Farmer Empowerment Through Agricultural Technology And Information (FEATI) dari Pemerintah Pusat. Proyek itu berupa program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat yang terealisasi 2008 dan didanai oleh Pusat.
Adapun, lama pembelajaran sekitar empat tahun. "Nah di program itu, saya pilih budi daya tanaman pisang," papar Lasiyo.
Lalu pada 2008, Lasiyo mendapatkan pelatihan di Jakarta atas ajakan dari Fakultas Teknik Pertanian UGM. Usai mendapatkan pelatihan tersebut, Lasiyo mulai menerapkan ilmunya dan mengembangkan beberapa jenis tanaman pisang. Alhasil, budidayanya tersebut mendapatkan banyak respons positif dari berbagai pihak.
Tak sampai disitu, atas inovasi dan ketekunannya dalam mengembangkan pisang, juga berdampak kepada lingkungan sekitar tempat tinggal Lasiyo. Puncaknya, pada 2012, Kalurahan Sidomulyo menjadi juara Nasional. Atas hasil tersebut pun membuat Kalurahan Sidomulyo lebih mudah mendapatkan bibit pisang.
"Pemkab Bantul juga saat itu bergerak dengan membantu membuatkan koperasi Amboy (Agro Mirasa Boga Bantul Yogyakarta) dan koperasi ini pun berjalan baik," jelas Lasiyo.
Dijuluki Profesor Pisang
Pada 2014, Lasiyo mengaku kedatangan tamu dari Italia. Di mana ada rencana Lasiyo akan diundang ke Italia untuk mengisi seminar internasional. Dalam perkembangannya, 20 September 2016, Lasiyo terbang ke Italia dan memenuhi undangan untuk mengisi seminar tersebut.
"Di sana saya pakai bahasa Jawa. Lha ya, saya hanya lulusan SD. Tapi, ada video yang telah disetting untuk menjelaskan bagaimana cara pembibitan pisang dengan bahasa Italia," kata Lasiyo.
Usai mengisi seminar di Italia, Lasiyo mendapatkan banyak tamu dan beberapa kali diundang di acara TV. Tak hanya itu, Lasiyo juga mendapatkan penghargaan dan uang untuk mendukung usahanya.
Menurut Lasiyo untuk merawat tanaman pisang hal yang mudah, asal paham dan memiliki modal 3M yakni melihat, memahami dan melaksanakan. Di mana jika sudah melihat cara menanam pisang, maka harus memahami dan melaksanakan atau mempraktikkan perawatan tanaman pisang.
Lasiyo juga mengaku jika 3M tidak cukup untuk merawat tanaman pisang, sebab harus pelihara TUYUL. TUYUL adalah akronim dari Takwa, Usaha, Yakin, Ulet atau inovatif dan Lincah. Takwa adalah bagaimana berpasrah diri kepada kepada Tuhan.
"Namun tetap harus berusaha. Karena kita yakin Tuhan akan memberikan apapun yang kita minta. Selain itu kita harus bersyukur," kata Lasiyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
- Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
Advertisement
Advertisement