Advertisement
Sejak Januari-September 2024, Puluhan Anak di Gunungkidul jadi Korban Kekerasan Seksual
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sebanyak 35 anak di Gunungkidul menjadi korban kekerasan seksual sejak Januari – 17 September 2024.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos-PPPA) Gunungkidul, Asti Wijayanti merinci dari 35 anak sebanyak 26 orang di antaranya anak perempuan dan sembilan lainnya berjenis kelamin laki-laki.
Advertisement
BACA JUGA: Pelajar SMP di Gunungkidul Mengaku Ditampar Kepala Sekolah hingga Trauma Tak Mau Sekolah
Asti menegaskan pihaknya berupaya semaksimal mungkin dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak. Apabila Dinsos-PPPA menerima laporan, mereka akan langsung melakukan asesmen.
"Hasil dari asesmen akan menentukan tindakan yang akan diambil terhadap korban dan pelaku. Apalagi jika keduanya masih berstatus anak atau berjenis kelamin perempuan," katanya, Kamis (19/9/2024).
Dinas akan mendampingi penanganan kasus secara tuntas. Tuntas artinya korban dapat menjalani kehidupan normal sebagaimana biasanya sebelum menjadi korban.
Ihwal upaya pencegahan, Dinsos-PPPA terus melakukan sosialisasi di berbagai sekolah mulai tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) terkait kekerasan seksual.
Peserta didik utamanya akan mendapat materi mengenai kategori tindakan yang masuk dalam kekerasan seksual.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Diyah Puspitarini mendorong masyarakat agar tidak takut untuk melapor apabila mengetahui kejadian kekerasan seksual, utamanya jika menyangkut anak.
Korban, kata dia tidak dapat dianggap sebagai aib dan memalukan, sehingga harus ditutupi. Pola pikir semacam ini justru berbahaya dan berdampak pada perkembangan anak.
Lebih jauh, dia menegaskan penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak bukan hanya tugas Dinsos-PPPA, namun juga Dinas Pendidikan, hingga Kantor Kementerian Agama (Kankemenag).
Kankemenag ikut mengembang tanggung jawab, karena kekerasan seksual juga terjadi di lingkungan Pondok Pesantren. Hal ini juga terjadi di Kapanewon Saptosari beberapa waktu lalu di mana guru mengaji berinisial S mencabuli delapan muridnya.
“Kami akan tetap memantau kasus yang ada di Saptosari. Penanganan sudah ada perkembangan. Kami mengoptimalkan agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi di Gunungkidul,” kata Diyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pengumuman! Status Aktivitas Gunung Ibu di Pulau Halmahera Naik jadi Awas
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- Pelaku Penjambretan di Gamping Sleman Ditangkap, Diduga Sempat Minum Miras Sebelum Beraksi
- Teras Malioboro 2 Mulai Dikosongkan, 375 Pedagang Belum Ambil Undian
- 890 Sapi Terjangkit PMK, Pemkab Gunungkidul Belum Akan Tutup Pasar Hewan
- Terdampak SE dari Pemerintah Pusat, Proyek Infrastruktur di Bantul Baru Bisa Dimulai Mei 2025
- Bantah Memberangus Serikat Pekerja, Tarumartani Pekerjakan Kembali Karyawan Sempat di-PHK
Advertisement
Advertisement