Advertisement

Komunitas Tali Tasbih Didirikan untuk Jembatani Seniman Jogja dan Menghidupkan Budaya Kota

Yosef Leon
Senin, 21 Oktober 2024 - 11:17 WIB
Sunartono
Komunitas Tali Tasbih Didirikan untuk Jembatani Seniman Jogja dan Menghidupkan Budaya Kota Para pendiri Komunitas Tali Tasbih saat memberikan sambutan dalam peluncuran program musikal bertajuk Harmonisasi Selawat Asghil di kawasan Ngampilan, Minggu (20/10 - 2024) malam. Dok. Ist.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Mengusung semangat menjaga keberagaman dan kreativitas seni di Kota Jogja, sebuah komunitas bernama Komunitas Tali Tasbih didirikan untuk menyatukan para seniman dari berbagai disiplin. Digagas oleh Resita Alisjahbana, komunitas ini menjadi wadah bagi para musisi, pecinta lagu, pelaku teater, dan seniman lainnya untuk berkolaborasi dan mengembangkan karya-karya inovatif.

Resita, yang terinspirasi oleh ayahnya yang juga seorang seniman, mengungkapkan bahwa komunitas ini lahir dari keinginan untuk menghidupkan kembali semangat seni di Jogja. “Saya bukan seorang seniman, tapi saya ingin menjadi tali penghubung bagi teman-teman lintas seni. Di sini, mereka bisa saling berbagi ide, berkolaborasi, dan menciptakan karya-karya yang luar biasa,” ujarnya, Minggu (21/10/2024) malam. 

Advertisement

BACA JUGA : Hindari Stres, Komunitas di Jogja Ini Memilih Bertahan Hidup dengan Game PES

Salah satu proyek paling menarik dari Komunitas Tali Tasbih adalah kolaborasi antara selawat yang dibuat menjadi sebuah karya bergenre musik metal. Langkah berani ini bertujuan untuk menarik minat generasi muda dan mengubah persepsi negatif terhadap musik metal. 

“Selawat adalah bentuk cinta dan kami ingin mengemasnya dengan cara yang berbeda agar bisa dinikmati oleh semua kalangan, termasuk anak muda. Kolaborasi dengan musik metal ini membuktikan bahwa seni itu fleksibel dan bisa menyatukan berbagai elemen,” kata Resita.

Video klip yang dihasilkan dari kolaborasi ini tidak hanya menampilkan perpaduan musik yang unik, tetapi juga dipadukan dengan karya seni visual yang menarik. Hal ini menunjukkan bahwa Komunitas Tali Tasbih tidak hanya fokus pada musik, tetapi juga pada berbagai bentuk ekspresi seni lainnya.

Komunitas Tali Tasbih memiliki visi yang besar untuk memajukan seni dan budaya di Jogja. Resita berharap komunitas ini dapat berkembang dan menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas kreatif lainnya di Indonesia. “Kami ingin menghidupkan kembali suasana seni di Jogja seperti di masa lalu, di mana Malioboro menjadi pusat aktivitas seni dan budaya. Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan komunitas lain dan terus menciptakan karya-karya yang inovatif,” ungkapnya.

Salah seorang pendiri Komunitas Tali Tasbih lainnya Dewo PLO menjelaskan, komunitas ini didirikan guna memberi ruang kreatif bagi para seniman dan sanggar-sanggar seni di Indonesia, khususnya bagi individu maupun kelompok seni di Jogja yang berupaya secara kreatif dan konsisten untuk mengolah, menggubah atau menciptakan karya-karya seni yang bernafaskan nilai-nilai keagamaan Islam. 

"Karya seninya macam-mavam bisa didasarkan pada budaya tradisi maupun modern, lokal maupun global, klasik maupun kontemporer," katanya. 

Salah satu bentuk ekspresi seni tradisi yang berkembang di Jogja adalah seni selawat. Dari segi bahasa, selawat berarti doa untuk menggapai kebaikan, keberkahan dan kemuliaan. Dalam konteks keagamaan, selawat merupakan bentuk pujian, pengakuan dan peneguhan iman kepada Tuhan dan keagungan Muhammad Rasulullah. Dalam konteks kultural, selawat merupakan wahana spiritual untuk senantiasa berguru pada kemuliaan Nabi dan para wali. 

BACA JUGA : Harda-Danang Dukung Penuh Bakat Generasi Muda Sleman di Ajang E-Sport

"Di Jogja banyak sekali berkembang bentuk-bentuk seni salawat. Akan tetapi, nyaris tidak ada kelompok seni yang berupaya menggubah dan mempertemukan seni selawat dengan seni modern. Maka kami mengawali langkahnya melalui “Harmonisasi Selawat Asghil” dengan istrumentasi musik rock metal," ujarnya. 

Menurut Kubroglow entertainment creator Tali Tasbih, proyek ini mendapat inspirasi dari musisi dunia Salman Ahmed, blasteran Maroko-Inggris yang pernah belajar pada Paul Jones dan John Bonhan (Led Zeppelin) dan kemudian sukses menghubungkan rantai musik modern dengan tradisi kaum sufi, sehingga ia dikenal di Eropa sebagai pembuka dan pembaharu musik metal yang berjiwa sufistik.

"Kami berharap semoga harmonisasi selawat dengan elemen musik metal ini dapat menjadi bagian dari dinamika seni masa kini dan masa depan Jogja," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Profil Widiyanti Putri Wardhana: Dari Pebisnis Kini Jabat Menteri Pariwisata di Kabinet Merah Putih

News
| Senin, 21 Oktober 2024, 13:17 WIB

Advertisement

alt

Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China

Wisata
| Kamis, 17 Oktober 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement