Advertisement

Hindari Stres, Komunitas di Jogja Ini Memilih Bertahan Hidup dengan Game PES

Sirojul Khafid
Kamis, 17 Oktober 2024 - 07:07 WIB
Sunartono
Hindari Stres, Komunitas di Jogja Ini Memilih Bertahan Hidup dengan Game PES Foto ilustrasi game PES. Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jasa psikolog mahal, makanya beberapa orang memilih game untuk melepas stres. Dengan membentuk komunitas, game dan teman menjadi obat mujarab bertahan hidup.

“Game kaya pelampiasan, bisa bikin bertahan hidup. [Game] enggak cuma sebatas game, tapi tempat mencari kesenangan,” kata Wakil Ketua Yogyakarta PES Community, R. Devan Suryaningrat, Senin (30/9/2024).

Advertisement

Di tahap tertentu, mainan tidak hanya untuk main-main. Mainan yang tepat bisa menjadi alat untuk melepas penat, stres, hingga beban hidup. Terlebih saat bermain game sembari bertemu teman-teman, kolaborasi dua obat pencipta kebahagiaan. Semuanya bisa didapatkan di Yogyakarta PES Community.

Awalnya Pro Evolution Soccer (PES) muncul sebagai salah satu jenis game sepak bola di Playstation. Sejak lahir pada 1994 dengan nama awal International Superstar Soccer (ISS), setiap beberapa waktu sekali ada update kualitas game PES. Pembaharuan yang signifikan berlangsung pada 2018, dari yang awalnya konsol, hingga hadir versi mobile-nya. Para pecinta PES tidak harus datang ke rental PS, atau duduk di depan televisi dan PS. Mereka bisa bermain di ponsel masing-masing, di mana saja dan kapan saja.

Nur Budi Setiawan termasuk orang yang awal-awal mencoba PES versi mobile. Sebagai pecinta game sejak kecil, mencoba inovasi di dunia permainan ini seperti wajib bagi Budi. Awal kemunculan PES mobile, belum begitu banyak pemainnya.

Seiring berjalan waktu, muncul kompetisi dan grup pemain PES mobile di Facebook. “Aku ikut [liga PES mobile dan grup]. Kayaknya menarik kalau bikin [grup] di DIY, karena belum ada, akhirnya coba bikin,” kata Budi.

Dari kenalan di grup tersebut, Budi membuat WhatsApp Grup pemain PES mobile di DIY tahun 2020. Awalnya hanya berisi sepuluh orang. Mereka hanya kenal secara daring, sebagai sesama pemain PES mobile. Belum pernah ada pertemuan atau perkenalan secara personal. Satu teman kemudian mengajak teman lainnya. “Sekarang di WhatsApp Grup ada 200-an orang,” katanya.

Berkumpul di Liga

Grup pemain PES mobile di DIY kemudian bernama Yogyakarta PES Community (YPC). Dari yang awalnya berada di tingkat provinsi, kini sudah ada pengurus komunitas di setiap kabupaten dan kota di DIY. Masing-masing punya tempat berkumpul sendiri.

Di Jogja, salah satu tempat main bareng PES mobile di Kupiku Coffee, Umbulharjo, Jogja. Selain berada di tengah-tengah, kriteria tempat ngumpul yang sinyalnya cukup kuat. Perlu kapasitas internet tertentu agar bermain PES mobile semakin lancar.

Kumpul organik bisa berlangsung kapan saja. “Kumpul [daring atau luring di café] jadi ruang transfer ilmu main game PES, misal teknik terobosan, crossingnya, tanya yang jago-jago,” kata Budi, yang juga Ketua YPC.

Pelajaran-pelajaran ini bisa diaplikasikan saat bermain santai, atau saat YPC membuat kompetisi. Dalam setahun, mereka bisa menggelar tiga hingga empat kali kompetisi atau liga. Sekali putaran liga bisa berjalan dua bulan. Contohnya liga terdiri dari 20 tim, sepekan satu tim bisa main dua atau tiga kali.

Ada pula agenda rutin berupa Ramadan Cup setahun sekali secara luring. “Komunitas di tiap daerah ada. Banyak juga yang ikut tim profesional. Player dari Jogja banyak yang ikut tim gede [di luar daerah],” kata Devan.

Melipat Jarak

Anggota termuda YPC masih sekolah di tingkat SMP. Sementara yang tertua berusia sekitar 40-an tahun. Kebanyakan anggota YPC merupakan para pekerja. Ada anggota yang profesinya pekerja pabrik, guru sekolah dasar, guru bahasa Arab, hingga sipir penjara.

Saat sudah berkumpul, jarak usia dan ragam pekerjaan, sudah tidak kentara. Semua berbaur dan bersenang-senang bersama. Bahkan kadang kala anggota lupa waktu saat bermain. Misalnya si sipir, lantaran main PES-nya cukup jago, dia bisa bertahan cukup lama di sebuah liga offline.

“Dia main beberapa kali karena menang, lanjut ke babak berikutnya. Pas rehat magrib, dia pulang untuk absen kerja aja, terus balik main lagi. Dia dapet juara tiga,” kata Devan.

Banyaknya latar belakang anggota juga mempermudah berbagai urusan. Misal saat menggelar liga PES offline, pekerja di bidang telekomunikasi bisa menyumbang jaringan internet. Ada yang menyumbang tempat, uang, dan lainnya. Semakin banyak teman, semakin banyak cerita dan keuntungan.

“Semoga para pemain semakin senang dan jago. Jogja jarang juara nasional, karena kebanyakan yang main yang tua-tua. Mungkin udah banyak pikiran kaya cicilan rumah sampai lagi main ditelfon istri. Semoga semakin banyak anak muda yang mewakili Jogja, yang pikirannya masih jernih,” kata Devan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Terbaru! Kasus Polisi Bongkar BBM Ilegal Malah Dipecat: Ajukan Banding ke Polda NTT

News
| Kamis, 17 Oktober 2024, 09:57 WIB

Advertisement

alt

Komunitas Vespa di Jogja Memulai Perjalanan ke Sabang Demi Mendapatkan Biji Kopi Lokal Setiap Daerah

Wisata
| Rabu, 16 Oktober 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement