Masuk Musim Hujan, BPBD Sleman Pastikan 37 EWS di Lokasi Rawan Bencana Berfungsi dengan Baik
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—BPBD Sleman memiliki 37 unit Early Warning System (EWS) yang berlokasi di daerah rawan bencana. Dipastikan seluruh alat ini dapat berfungsi normal dikarenakan terus dilakukan perawatan secara berkala.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan ST Haenry Dharma Widjaja mengatakan, keberadaan EWS di daerah rawan bencana menjadi sangat penting. Pasalnya, alat ini dapat memberikan informasi dan peringatan kepada Masyarakat tentang ancaman bencana.
Advertisement
Hingga sekarang sudah ada 37 EWS yang terpasang di daerah rawan. Meski tidak menyebut secara rinci, ia mengatakan bahwa alat ini banyak terpasang di kawasan Lereng Merapi untuk memantau awan panas dan banjir lahar dari Gunung Merapi.
“Ada juga EWS longsor yang terpasang di daerah rawan di Kapanewon Prambanan,” kata Haenry, Minggu (17/11/2024).
Ia memastikan, seluruh EWS yang dimiliki berfungsi dengan baik. Hal ini tak lepas adanya upaya perawatan dan pemeliharaan secara berkala sehingga siap dijalankan sesuai fungsi dan standar operasional prosedur.
Di sisi lain, di beberapa EWS juga sudah terpasang CCTV untuk memasksimalkan dalam upaya kesiapsiagaan kebencanaan. “Harapannya Masyarakat ikut mengawasi keberadaan EWS sehingga bisa melaporkan saat ada kerusakan agar dapat segera diperbaiki secepatnya,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman, Bambang Kuntoro mengatakan, belum lama ini ada koordinasi dengan Pemerintah DIY dan melibatkan BPBD seluruh kabupaten dan kota untuk membahas dampak dari musim hujan yang berpotensi mengakibatkan bencana hidrometerologi. Hasil koordinasi disampaikan bahwa wilayah DIY sudah memasuki musim hujan sehingga kesiapsiagaan menghadapi bencara wajib ditingkatkan.
“Hasil koordinasi dengan BMKG dikatakan bahwa puncak musim terjadi pada Januari-Februari 2025. Sedangkan untuk kemarau diprediksi mulai akhir Mei 2025,” kata Bambang.
Menurut dia, upaya mitigasi bencana terus dilakukan untuk mengurangi dampak dari risiko terjadinya cuaca ekstrem yang berujung terjadinya bencana hidrometeorologi. Langkah antisipatif ini dengan memperluas jaringan Kalurahan Tangguh Bencana telah terbentuk di seluruh kalurahan di Bumi Sembada yang berjumlah 86 kalurahan.
Selain itu, juga sudah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi. Status ini sudah ditetapkan sejak akhir 2023 yang terus diperpanjang setiap tiga bulan sekali.
“Statusnya akan berakhir di akhir November ini dan bisa diperpanjang hingga tiga bulan ke depan. Namanya siaga, maka kami berjaga-jaga sehingga saat terjadi peristiwa atau kejadian langsung bisa melakukan penanganan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Topan Man-yi Terjang Filipina, Ribuan Orang Dievakuasi, Sejumlah Penerbangan Dibatalkan
Advertisement
Yogyakarta Marriott Hotel Ajak Tamu Nikmati Keajaiban Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Advertisement
Berita Populer
- Korban Penganiayaan di Jambusari Sleman Ternyata Agen Travel, Ini Pemicunya
- Hujan Deras, 9 Pohon Tumbang 3 Rumah Rusak di Jogja dan Sleman
- Harda Kiswaya-Danang Maharsa Hadiri Majelis Sholawat Macul Langit
- Mahasiswa Pelaku Tabrak Lari di Ring Road Utara Jadi Tersangka, Polisi: Menyetir Sambil Beraktivitas Seks
- Gelar Lomba Mewarnai dan Bazar Kesehatan, RSJ Ghrasia Kenalkan Berbagai Layanan Kesehatan Kepada Masyarakat
Advertisement
Advertisement