Advertisement
Penutupan Pameran Parama Iswari Keraton Yogyakarta, Sebuah Refleksi Ketokohan Perempuan Nusantara

Advertisement
JOGJA – Penutupan pameran Parama Iswari hari ketiga digelar di Kagungan Dalem Pagelaran Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat pada Sabtu (25/1/2025) malam dengan menampilkan tari Srimpi Pramugari. Pameran ini telah berlangsung sejak 6 Oktober 2024, menghadirkan narasi sejarah yang menyoroti peran perempuan dalam budaya, politik, dan strategi militer, khususnya di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Penutupan acara ini dibungkus dengan tiga maha karya Srimpi yang bertahta di Jogja. Diawali dengan Srimpi Wiraga Pariskara pada 22 Januari, dilanjutkan Srimpi Lobong pada 24 Januari, dan diakhiri dengan Srimpi Pramugari. Ketiga tarian tersebut menggambarkan peran penting perempuan dalam perjuangan dan berbagai upacara adat.
Advertisement
Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Nitya Budaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara menyatakan pentingnya merefleksikan kembali sejarah perempuan Nusantara yang kerap terpinggirkan.
"Sejarah sering kali tidak berpihak pada perempuan. Perempuan jarang ditulis dibandingkan laki-laki. Kisah tokoh seperti Laksamana Malahayati atau Putri Hangkalea terasa asing dibandingkan nama-nama seperti Hayam Wuruk atau Gadjah Mada. Padahal, peran mereka dalam mempertahankan kedaulatan sangat signifikan," ujar GKR Bendara.
Ia juga menyoroti peran prominen para permaisuri Keraton Yogyakarta dalam sejarah. Misalnya, Permaisuri Sultan HB I yang memimpin kesatuan prajurit Langenkusumo serta menjadi ahli strategi perang. Pada masa yang lebih modern, peran diplomasi dan politik perempuan Keraton juga tercatat penting, termasuk kontribusi GKR Hemas sebagai tokoh nasional dan pendiri Kaukus Perempuan Politik Indonesia.
Pameran ini berhasil menarik lebih dari 194.000 pengunjung sejak pembukaannya. Selain itu, berbagai seminar bertema perempuan di ranah domestik, publik, dan politik turut mendapat apresiasi luas. "Kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pewarisan dan pelestarian budaya," tambah GKR Bendara.
Tari Srimpi Pramugari yang dipentaskan pada malam penutupan mengisahkan perjalanan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I) sebelum Perjanjian Giyanti. Perjalanan menuju Pekalongan untuk menaklukkan Adipati Jayaningrat menjadi bagian dari upaya strategis mengurangi pengaruh VOC di pesisir utara Jawa.
Cerita ini juga menampilkan pengkhianatan yang dilakukan Patih Pringgalaya dan perjuangan melawan pasukan VOC serta Bugis. Di akhir kisah, Pangeran Mangkubumi mempersunting adik Adipati Jayaningrat, yang melambangkan upaya diplomasi di tengah konflik.
Pameran Parama Iswari menjadi cerminan penting akan kiprah perempuan Nusantara sebagai tokoh strategis di masa lalu, sekaligus inspirasi bagi generasi saat ini untuk terus memperjuangkan kesetaraan. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polisi Bongkar Kasus Penipuan Online dengan Modus Perdagangan Saham dan Aset Kripto
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Terkena Sedimentasi Akut, Ratusan Telaga di Gunungkidul Mengering saat Kemarau
- Pecah Rekor Baru, RS Siloam Jogja Skrining 1000 Perempuan Selama 3 Hari
- 38 Calon Krisma Paroki Brayut Kunjungi Panti Asuhan Ponpes Zuhriah Rejodani Sleman, Ini Tujuannya
- Demo Buruh di Jogja Tuntut Revisi UU Ketenagakerjaan
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 2 Mei 2025, Berangkat dari Stasiun Palur hingga Tugu Jogja
Advertisement