Advertisement

Kampung Tompeyan Kota Jogja Gelar Grebeg Nyadran: Ada Gunungan Apem hingga Ulu Wetu

Alfi Annisa Karin
Minggu, 02 Februari 2025 - 14:37 WIB
Sunartono
Kampung Tompeyan Kota Jogja Gelar Grebeg Nyadran: Ada Gunungan Apem hingga Ulu Wetu Arak-arakan gunungan ulu wetu atau gunungan hasil bumi dalam rangkaian acara Grebeg Nyadran yang diinisiasi oleh warga Kampung Tompeyan, Minggu (2/2 - 2025) – Dokumentasi Kampung Tompeyan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Ratusan warga Kampung Tompeyan, Tegalrejo menggelar Grebeg Nyadran dan Merti Kampung di GOR Tompeyan Tegalrejo, Minggu (2/2/2025). Kegiatan ini digelar dalam rangka menyemarakkan datangnya bulan Syaban sekaligus menyambut datangnya bulan Ramadan.

Ketua Panitia Grebeg Nyadran Kampung Tompeyan Eka Yulianta menuturkan Grebeg Nyadran turut dimeriahkan dengan berebut gunungan. Seluruh gunungan ini mewakili 3 RW dan 9 RT di wilayah Kampung Tompeyan. Gunungan diarak oleh Bregada Srikandi Retonungsih dan diarak dari Kantor Kelurahan Tegalrejo menuju GOR Tompeyan. Terdiri satu gunungan apem dan 9 gunungan ulu wetu atau hasil bumi.

Advertisement

BACA JUGA : Libur Iduladha 2024, Warga Antusias Mengikuti Hajad Dalem Garebeg Besar Keraton Yogyakarta

“Gunungan ulu wetu terdiri dari hasil bumi, buah dan sayur karena Kampung Tompeyan juga terkenal sebagai Kampung Pangan Lestari,” ujar Eka saat dikonfirmasi, Minggu (2/2/2025).

Eka menuturkan baik gunungan apem maupun ulu wetu mempunyai filosofi tersendiri. Apem kerap kali digunakan pada upacara Nyadran mengingat kata apem diambil dari kata afuwwun yang berarti pengampunan. Diharapkan, siapa saja yang menggelar upacara Nyadran ini bisa kembali bersih dan suci jiwanya sebelum menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Sementara, gunungan ulu wetu memiliki filosofi raas syukur kepada Tuhan YME.

“Ini sebagai ungkapan rasa syukur. Kita diberi keluasan rezeki, rumah tangga tentram damai di kampung sini. Terkait dengan rasa syukur dan tasyakur kepada Allah,” katanya.

BACA JUGA : Ada Perubahan Mekanisme Grebeg Syawal 2024, Warga dan Wisatawan Tetap Antusias

Penjabat Walikota Jogja Sugeng Purwanto mengatakan Nyadran merupakan tradisi leluhur yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan YME. Ini juga menjadi upaya pelestarian budaya Jawa yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang. Sugeng menambahkan, gunungan apem merupakan simbol permohonan ampunan hingga permohonan agar selalu diberikan rejeki yang berkah.

“Saya berharap tradisi Nyadran selalu dilanjutkan, sebagai pengingat akan asal usul dan selalu memberikan rasa hormat kepada leluhur. Gunung ini mohon diterima dengan penuh rasa syukur, mohon ampun dan mengharap keberkahan dari Allah SWT,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Sebut Nomor Ponsel Hasto Kristiyanto Ternyata Bernama Sri Rejeki Hastomo, Ini Komentarnya

News
| Jum'at, 09 Mei 2025, 18:17 WIB

Advertisement

alt

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo

Wisata
| Minggu, 04 Mei 2025, 18:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement