Advertisement
Dinas Kesehatan Sleman Paparkan Biang Kerok Keracunan Massal di Tempel

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman menyatakan bahwa seluruh sampel makanan yang diteliti di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) DIY mengandung bakteri Salmonella sp, Bacillus Cereus, dan Escherichia Coli. Bakteri-bakteri inilah yang menjadi biang kasus keracunan di Padukuhan Krasakan, Kalurahan Lumbungrejo, Tempel, Sleman.
Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama mengatakan ada beberapa makanan tercemar/ terkontaminasi bakteri tersebut dari seluruh sampel makanan yang telah diperiksa mulai dari bakso, satai, siomay, krecek, dan es krim.
Advertisement
“Hasil Laboratorium memang menunjukkan ada kontaminasi bakteri tiga tadi itu,” kata Cahya dihubungi, Jumat (14/2/2025).
Hingga saat ini, kata dia ada 170 penderita keracunan. Dari jumlah itu, sebanyak 118 menjalani rawat jalan dan 52 rawat inap. Namun, pasien rawat inap berangsur membaik dan telah pulang, hingga menyisakan enam orang saja yang masih menjalani rawat inap.
Cahya menerangkan bakteri-bakteri itu sering mengontaminasi makanan, sehingga menyebabkan konsumen mengalami diare, mual, muntah, dan kadang panas. Apabila tidak segera ditangani, penderita akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan akibat diare dan muntah terus menerus.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati mengatakan ketiga bakteri yang mengontaminasi makanan di Padukuhan Krasakan tersebut dapat berasal dari bahan makanan yang memang sudah mengandung bakteri. Kontaminasi semakin tinggi apabila seseorang memasak bahan baku secara salah. “Bisa juga terjadi kontaminasi saat proses memasak,” kata Yuliati.
BACA JUGA: Menteri Keuangan Tegaskan Tidak Ada Kenaikan Biaya Kuliah Dampak Efisiensi Anggaran
Yuliati menerangkan kondisi lingkungan yang kotor, termasuk alat masak dan alat makan yang kotor akan memudahkan penyebaran bakteri-bakteri tersebut. Maka kebersihan peralatan memasak juga perlu dijaga dengan mencuci menggunakan sabun dengan air mengalir.
Disinggung ihwal keterkaitan krisis iklim dengan persebaran bakteri tersebut, Yuliati mengaku belum ada penelitian yang secara jelas menyatakan krisis iklim berdampak pada persebaran bakteri.
Dia menjelaskan kasus keracunan makan yang sempat terjadi di Kabupaten Sleman dan sejumlah daerah juga muncul sebelum ada isu krisis iklim mengemuka. Secara umum, kejadian keracunan makanan merupakan kondisi yang wajar apabila terdapat sumber makanan yang terkontaminasi.
“Apalagi kalau ditambah cara masak yang kurang higienis, maka kuman apapun bisa menyebar dan menyebabkan keracunan,” katanya.
Secara khusus, kata dia penyedia makanan perlu memerhatikan bahan makanan yang dibeli dan memperhatikan cara memasak yang benar. Bagi konsumen, mereka perlu berhati-hati ketika mengonsumsi makanan dengan melihat masa tanggal kedaluwarsa dan mencuci tangan sebelum makan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Peserta JKN Non-aktif Masih Bisa Cairkan Manfaat Tunjangan PHK
Advertisement
Menyelami Hubungan Manusia dengan Alam lewat Lukisan, Garrya Bianti Hadirkan Pameran Back to Nature
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement