Advertisement

Antisipasi Kasus Antraks di Gunungkidul, DKPP Bantul Intensifkan Pengawasan Ternak

Stefani Yulindriani Ria S. R
Kamis, 20 Februari 2025 - 08:17 WIB
Abdul Hamied Razak
Antisipasi Kasus Antraks di Gunungkidul, DKPP Bantul Intensifkan Pengawasan Ternak Petugas menyuntik vaksin antraks terhadap hewan ternak di Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo. Antara/ist - Dokumen Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL— Temuan penyakit antraks pada ternak kembali terjadi di wilayah Gunungkidul. Untuk mengantisipasi penyebaran antraks, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul mengintensifkan pengawasan lalu lintas ternak. 

Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo mengatakan instansinya mengintensifkan pengawasan lalu lintas ternak di Pasar Hewan Imogiri Bantul. Transaksi jual beli ternak di pasar tersebut harus mengantongi surat keterangan kesehatan hewan.  “Ternak di Pasar Hewan kita awasi, kalau ada ternak masuk ke Bantu juga kita awasi,” ujarnya di DKPP Bantul, Rabu (19/2/2025).

Advertisement

BACA JUGA: Suspek Antraks Ditemukan di Tileng Girisubo Gunungkidul, Seekor Sapi Dilaporkan Mati

Sejauh ini, katanya, DKPP Bantul belum menemukan hewan ternak yang terpapar antraks. Dia meminta agar peternak segera melaporkan ke puskesmas hewan (puskeswan) terdekat apabila ditemukan ternak yang sakit atau mati mendadak. 

"Kami mengintensifkan pengawasan kesehatan hewan melalui puskeswan yang ada di beberapa kapanewon, antara lain Kapanewon Dlingo, Imogiri, Pleret dan Piyungan yang berbatasan langsung dengan Gunungkidul," katanya. 

Diketahui antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora Bacillus anthracis. Penyakit tersebut dapat menyerang beberapa hewan antara lain sapi, domba, dan kambing. Antraks dapat menular melalui kontak antara kulit dengan hewan atau produk hewan yang terinfeksi. 

Meski begitu, Joko mengaku belum ada pembatasan hewan dari Gunungkidul yang masuk ke Bantul. Dia mengaku 70% kebutuhan daging di DIY berasal dari Bantul. Selain itu, Bantul juga memiliki ribuan usaha kuliner yang menggunakan bahan baku daging ternak. Joko menilai pengawasan terhadap lalu lintas ternak diperlukan untuk menekan penyebaran kasus tersebut. 

“Dalam pengawasan ternak, zoonosis itu akan mempengaruhi perekonomian karena di Bantul banyak kuliner [dari sapi],” ujarnya. 

Dengan adanya kasus antraks di Gunungkidul, pihaknya juga akan melakukan pengawasan peredaran daging di pasar-pasar rakyat. Dia akan mengambil sampel daging di beberapa pasar rakyat untuk memastikan daging yang diperjualbelikan di Bantul aman, sehat, utuh dan halal.

“Dalam waktu dekat akan kita lakukan, kita ada alat untuk mengecek kesegaran daging,” katanya. 

Sementara Lurah Pasar Imogiri, Turadi memastikan hewan yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Imogiri dalam keadaan sehat. Dia mengaku ada enam medis dan enam paramedis yang akan mengawasi kesehatan hewan di sana. Dokter hewan tersebut akan melakukan sejumlah pemeriksaan kesehatan terhadap ternak yang akan diperjualbelikan. 

“Ada sertifikat kesehatan hewan [bagi sapi yang diperjualbelikan]. Di sini selalu ada dokter yang standby untuk mengantisipasi penyebaran [penyakit pada ternak],” ujarnya. 

Sementara sejauh ini menurut Turadi, hewan yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Imogiri mengalami penurunan setelah terjadi kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Bantul beberapa waktu lalu. Biasanya ada sekitar 200 ekor sapi yang diperjualbelikan setiap pasaran, namun dalam dua kali pasaran hanya ada sekitar 50 ekor sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto Bahas Agenda Partai di Dalam Rutan KPK

News
| Jum'at, 21 Februari 2025, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Menikmati Gua-Gua yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Berwisata ke Turki

Wisata
| Jum'at, 21 Februari 2025, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement