Advertisement

Pengelola Sampah Mandiri Patehan Hijau Jogja Eksis Sejak 2012, Buka Sistem Sedekah Sampah

Lugas Subarkah
Sabtu, 15 Maret 2025 - 19:57 WIB
Maya Herawati
Pengelola Sampah Mandiri Patehan Hijau Jogja Eksis Sejak 2012, Buka Sistem Sedekah Sampah Ketua PSM Patehan Hijau yang juga merupakan Ketua RW 04 Patehan, Agus Wijayanto dan istrinya menunjukkan penghargaan dan hasil olahan sampah anorganik PSM Patehan Hijau, di rumahnya, beberapa waktu lalu. - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—RW 04 Kelurahan Patehan, Kemantren Kraton, Kota Jogja memiliki kelompok pengelola sampah dengan sistem sedekah sampah bernama Pengelola Sampah Mandiri (PSM) Patehan Hijau. Kelompok ini sudah berkiprah jauh sebelum darurat sampah di Jogja, sejak 2012 silam.

Berbeda dengan bank sampah, sedekah sampah di PSM Patehan Hijau tidak memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi anggota maupun pengurus. Keuntungan dari proses pengelolaan sampah anorganik disalurkan untuk keperluan sarana-prasarana pengelolaan sampah.

Advertisement

Ketua PSM Patehan Hijau yang juga merupakan Ketua RW 04 Patehan, Agus Wijayanto, menjelaskan sejak awal berdiri hingga saat ini PSM Patehan Hijau masih terus mengelola sampah anorganik dari para anggotanya. “Dulu awalnya saya menggunakan gerobak, terus berkembang sekarang kami sudah menggunakan motor roda tiga,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Plengkung Nirbaya Ditutup Permanen, Durasi Lampu Bangjo Simpang Empat Gading Lebih Cepat

Pengumpulan sampah organik dilakukan dengan mekanisme pengurus PSM Patehan Hijau keliling untuk mengambil sampah-sampah anorganik dari para anggota yang berjumlah 80 rumah tangga. Sampah anorganik dikumpulkan di satu titik untuk dipilah dan disetor ke pengepul. Kegiatan ini dilakukan satu bulan sekali.

Beberapa sampah anorganik yang dikumpulkan seperti plastik, kertas, kardus dan sebagainya. Hasil dari penjualan sampah anorganik ini rata-rata sekitar Rp400.000 setiap bulannya.

“Hasil kegiatan ini kembali ke warga, untuk pembelian tempat sampah, tas pilah, tas belanja, kegiatan lingkungan kegiatan sosial-masyarakat, studi tiru lapangan dan sebagainya,” katanya.

Berbeda dengan bank sampah yang menawarkan profit pada masing-masing individu, sedekah sampah lebih mengedepankan semangat gotong royong. “Dengan semangat itu warga jadi timbul kepedulian. Setiap kegiatan biasanya sudah ada yang mengirim makanan-minuman untuk konsumsi,” kata dia.

Karena tidak ada profit, maka setiap anggota pun tidak memiliki buku tabungan. Meski demikian, pengurus mencatat dengan teliti laporan hasil kegiatan bank sampah dan pemanfaatan uangnya. “Dengan metode ini kita malah awet sejak 2012 sampai sekarang, kami juga mendapat beberapa penghargaan,” ungkapnya.

Selain mengumpulkan, memilah dan menjual sampah anorganik, PSM Patehan Hijau juga bisa mengolah sampah anorganik menjadi beberapa barang baru seperti tas belanja. Sayangnya mereka kesulitan dalam pemasaran barang-barang tersebut sehingga belum dioptimalkan.

“Hasil dari sampah anorganik itu juga bisa kita buat seperti tas dan sebagainya. Itu sudah kami rintis. Tapi persoalannya adalah pemasarannya yang tidak bisa tersalurkan. Sehingga kegiatan itu tetap berjalan tapi tidak seperti dulu lagi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bekerja dari Dalam Lapas, Napi di Makassar Mampu Memproduksi Ribuan Seragam

News
| Sabtu, 15 Maret 2025, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Ulu Camii, Masjid Agung yang Indah dengan 20 Kubah Besar

Wisata
| Sabtu, 15 Maret 2025, 11:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement