Advertisement
Cegah Banjir, Luweng di Semanu Gunungkidul Bakal Dinormalisasi

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemerintah Kalurahan Pacarejo, Semanu berencana melakukan normalisasi Luweng Gunungringin di Padukuhan Kwangen Lor. Upaya ini dilakukan sebagai antisipasi terjadinya banjir karena keberadaan luweng berfungsi sebagai saluran pembuangan air saat musim hujan.
Lurah Pacarejo, Suhadi mengatakan, pihaknya sedang mematangkan konsep untuk mematangkan rencana normalisasi Luweng Gunungringin. Upaya koordinasi di internal kalurahan maupun laporan ke Pemkab Gunungkidul juga sudah dilakukan agar normalisasi segera terealisasi.
Advertisement
“Kami sudah matur ke Bupati, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman hingga Dinas Lingkungan Hidup agar ikut berperan dalam upaya normalisasi luweng,” katanya saat dihubungi, Jumat (11/4/2025).
Suhadi menjelaskan, keberadaan luweng sangat vital saat musim hujan. Pasalnya, luweng bisa berperan sebagai saluran pembuangan air hujan.
Hingga saat ini, ia mengakui kondisi Luweng Gunungringin sudah mulai mampet karena sedimentasi tanah. Fungsi pembuangan pun sudah terganggu karena sering mengakibatkan terjadinya genangan saat hujan dengan intesitas yang tinggi.
“Belum sampai ke rumah warga dampaknya, tapi sudah ada lahan yang tergenang karena mampetnya Luweng Gunungringin. Jadi, harus segera dinormalisasi sebagai upaya antisipasi agar tidak terjadi banjir,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan, banjir menjadi salah satu ancaman bencana yang terjadi di saat musim hujan. Di akhir Maret lalu, terjadi banjir yang mengakibatkan belasan rumah warga terendam.
Menurut dia, banjir terjadi tidak hanya karena intensitas hujan yang tinggi. Namun, juga disebabkan karena saluran pembuangan yang tidak lancar seperti luweng yang tertutup sedimentasi hingga tumpukan sampah di salurah drainanse.
“Potensi bencana harus diantisipasi agar dampaknya bisa dicegah sekecil mungkin,” katanya.
Disinggung mengenai potensi cuaca ekstrem, pihaknya sudah membuat antisipasi dengan memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi. Ia mengakui perpanjangan hanya satu bulan karena April masih dalam kondisi musim hujan sehingga untuk kesiapsiagaan.
“Hanya sampai akhir April dan bukan tiga bulan. Ini dikarenakan, mulai Mei di wilayah Gunungkidul sudah memasuki musim kemarau,” katanya.
Perpanjangan status siaga darurat bencana hidrometeorologi sebagai bagian dari mitigasi bencana. Terlebih lagi, meski sudah memasuki akhir musim penghujan potensi bencana semakin tetap harus diwaspadai.
“Menurut BMKG, kondisi cuaca saat ini masih berpeluang terjadinya cuaca ekstrem sehingga perlu adanya kesiapsiagaan untuk menghadapi dampak bencana,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Targetkan Luas Tanam Padi 34.000 Hektare Tahun Ini
- Top Ten News Harianjogja.com, Minggu 20 April 2025, Persentase Perokok di Indonesia, Kunjungan Wisatawan Tak Signifikan
- Harda-Danang Kunjungi Gereja di Malam Paskah, Harap Kedamaian dan Keberkahan bagi Seluruh Umat Kristiani
- Kisah Inspiratif Triyono Membangun Difa Bike, Ojek Penyandang Disabilitas di Jogja
- Berawal dari Kencan Online, PNS Wanita di Sleman Disekap dan Diperas
Advertisement