Advertisement
BPS Ungkap Tarif Listrik Air dan Perumahan Jadi Penyumbang Terbesar Inflasi di Gunungkidul

Advertisement
GUNUNGKIDUL—Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di Gunungkidul pada April 2025 secara month to month (m-to-m) sebesar 1,79%. Perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang terbesar terjadinya inflasi di Bumi Handayani.
Pelaksana Harian Kepala BPS Gunungkidul, Retno Widiyanti mengatakan, pada April 2025 terjadi inflasi years on years (y-to-y) sebesar 2,19% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 207,75. Kenaikan terjadi karena naiknya Sebagian besar indeks kelompok pengeluaran seperti makanan, minuman, tembakau; kelompok kesehatan hingga perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Advertisement
Adapun untuk inflasi m-to-m pada April, BPS mencatat inflasi di Gunungkidul sebesar 1,79%. “Total ada 11 item yang menjadi indikator dalam perhitungan inflasi,” kata Retno saat memaparkan inflasi April di Kantor BPS Gunungkidul, Jumat (2/5/2025).
Dia menjelaskan, komoditas yang menyebabkan terjadinya inflasi m-to-m April antara lain tarif listrik, emas perhiasan, kelapa, angkuta antar kota, beras, bawang merah, tempe, cabai merah dan lainnya. Selain itu, juga ada komoditas yang menyebabkan deflasi seperti daging ayam ras, telur ayam, pulsa ponsel, bensin hingga pembersih lantai.
“Yang jelas, momen Lebaran memberikan andil dalam terjadinya inflasi. Misalnya, untuk transportasi ada kenaikan harga hingga 8 April. Hal yang sama untuk tarif listrik, memang sempat ada diskon, tapi hanya dua bulan dan setelahnya kembali normal,” katanya.
Senada diungkapkan oleh Statistik Ahli Pertama, BPS Gunungkidul Ardiyas Munsyianta. Menurut dia, pada Januari dan Februari sempat terjadi deflasi. Namun mulai Maret terjadi inflasi sebesar 1,24% dan April sebesar 1,79%.
“Potongan tarif listrik ikut memberikan andil terjadinya deflasi. Namun, memasuki Maret sudah tidak ada lagi potongan, maka mulai terjadi inflasi,” katanya.
Dijelaskannya, inflasi yang terjadi pada April didominasi perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga menyumbang sebesar 1,58%. Adapun sektor lain seperti perawatan pribadi dan jasa lainnya; perlengkapan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, pakaian dan alas kaki juga ikut andil, tapi sumbangsihnya tidak terlalu signifikan.
“Listrik terjadi karena pelanggan pasca bayar karena pembayaran Maret baru ditagih April. Sumbangsih ini tidak lepas karena subsidi yang diberikan hanya berlangsung Januari dan Februari, setelah itu tarif kembali normal,” katanya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kabar Duka: Seorang Jemaah Haji Meninggal di Tanah Suci Saat Persiapan Pulang ke Tanah Air
Advertisement

Lion Air Buka Penerbangan Langsung YIA-Tarakan, Pariwisata Jogja Diproyeksikan Kian Maju
Advertisement
Berita Populer
- Ada Pergeseran Tiang Listrik, Berikut Jadwal Pemadaman di Kota Jogja Hari Ini, Jumat 21 Juni 2025 Mulai Pukul 10.00 WIB
- Pabrik Kerajinan di Sewon Bantul Terbakar, Kerugian Capai Rp300 Juta
- Innalillahi, Pejalan Kaki Tewas Ditabrak Mobil di Ring Road Banguntapan Bantul
- PSIM Jogja Pertahankan Kapten Tim Rendra Teddy, Bisa Bermain di Berbagai Posisi Jadi Nilai Plus
- Diluncurkan Sebulan Lalu, Lapor Minol Sleman Terima Sejumlah Aduan
Advertisement
Advertisement