Advertisement

Pemerintah Akan Hidupkan Lagi 13 Jalur Kereta Mati di Jawa

Anisatul Umah
Minggu, 05 Oktober 2025 - 08:47 WIB
Sunartono
Pemerintah Akan Hidupkan Lagi 13 Jalur Kereta Mati di Jawa KRL Jogja - Solo berhenti di Stasiun Solo Balapan. - Harian Jogja / Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana melakukan reaktivasi 13 jalur kereta api (KA) di Jawa. Rencana ini tertuang dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang menjadi acuan pembangunan KA hingga 2030.

Sebanyak 13 jalur yang rencananya akan direaktivasi adalah Sukabumi—Cianjur—Padalarang, Cicalengka—Jatinganor—Tanjungsari, Cirebon—Kadipaten, Banjar—Cijulang, Purwokerto—Wonosobo, Semarang—Demak—Rembang, Kedungjati—Ambarawa, Jombang—Babat—Tuban, Kalisat—Panarukan, Semarang—Demak—Juana—Rembang, Madiun—Slahung, Sidoarja—Tulangan—Tarik, dan Kamal—Sumenep.

Advertisement

Ditargetkan pada 2030 panjang jalur KA bisa mencapai 10.524 kilometer (km) dan termasuk KA perkotaan sepanjang 3.755 km. Jalur di Sumatera direncanakan mencapai 2.900 km, di mana saat ini baru tersedia 1.854,4 km. Kemudian jalur KA di Kalimantan direncanakan 1.200 km, Jawa, Madura, dan Bali rencananya mencapai 5.590 km dengan jalur aktif saat ini sepanjang 4.921 km.

Lalu jalur KA di Papua direncanakan mencapai 100 km dan di Sulawesi mencapai 734 km. Secara keseluruhan saat ini jalur aktif yang beroperasi baru mencapai 6.945 km dengan jalur non aktif mencapai 2.233 km.

"Di seluruh Indonesia ada [jalur nonaktif], di Jawa ada, di Sumatra ada. Bogor Sukabumi ke arah Padalarang [sudah beroperasi]," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api DJKA Kemenhub Arif Anwar.

Pemerintah terus mendorong pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi melalui skema pendanaan di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni melalui pembiayaan kreatif.

Mulai dari investasi swasta dan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sebagai pendorong utama dalam pengembangan infrastruktur, terutama di sektor KA.

Pemerintah menyebut reaktivasi 13 jalur KA ini masih dikaji. Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub, Allan Tandiono menjelaskan proses reaktivasi akan tergantung pada hasil kajian. Apakah memberikan banyak manfaat kepada masyarakat atau tidak, serta mengandalkan anggaran yang tersedia.  

Dia mengatakan untuk jalur lainnya akan dikaji terkait prioritas dan kesiapannya. Sebab besaran biaya sangat bergantung pada panjang jalur, kondisi prasarana eksisting, kebutuhan pembebasan lahan, serta standar teknis yang akan diterapkan.

"[Reaktivasi] akan dikerjasamakan tentunya terkait land clearing membutuhkan bantuan dari Pemda dan terkait prasarana reaktivasinya oleh pemerintah pusat DJKA, terkait sarana itu juga nanti butuh bantuan dari KAI," ucapnya.

Sejarah Kereta Api di Indonesia

Sejarah perkeretaapian di Indonesia sudah dimulai sebelum kemerdekaan. KA di Indonesia tercatat sebagai moda rel tertua kedua di Asia setelah India. Dalam rentang 1830-1850 setelah periode tanam paksa, Belanda melalui kongsi dagang VOC menjual hasil pertanian dan perkebunan ke pasar internasional. Demi memudahkan pengangkutan ke kota-kota pelabuhan mereka membangun jaringan KA.

Jalur KA pertama di Indonesia adalah Semarang-Vorstenlanden yang menghubungkan Solo-Yogyakarta di Desa Kemijen. Pembangunannya dimulai pada 17 Juni 1864, di mana saat itu dipimpin oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele. Dibangun oleh perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.

Sebelas tahun kemudian pada 8 April 1875, pemerintah Hindia-Belanda mulai membangun jalur KA di wilayah Jawa Timur. Menghubungkan Surabaya-Pasuruan-Malang. Pembangunan jalur ini diserahkan kepada perusahaan KA milik Hindia-Belanda, Staatsspoorwegen (SS).

Keberhasilan dua perusahaan ini dalam membangun jalur KA, mendorong investor swasta lain membangun jalur KA di pulau Jawa. Seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb. SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Tidak hanya di Pulau Jawa, pemerintah Hindia-Belanda juga membangun jalur KA di Aceh tahun 1876, Sumatera Utara tahun 1889, Sumatera Barat tahun 1891, Sumatera Selatan tahun 1914, dan Sulawesi tahun 1922. Di pulau Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi tentang kemungkinan pembangunan jalur KA, tapi belum sampai dibangun.

Hingga tahun 1928, panjang jalan KA dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km. Kemudian tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Setelah itu Jepang mengambil alih perkeretaapian Indonesia dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api).

Selama dikuasai Jepang, operasional KA hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Di era Jepang salah satu pembangunan yang dilakukan adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara untuk menjalankan mesin-mesin perang mereka. Saat Jepang menjajah jalur KA di Indonesia berkurang sepanjang 437 km. Jepang dengan sengaja membongkar rel kemudian diangkut ke Burma (sekarang Myanmar) guna memenuhi kebutuhan infrastruktur transportasi rel di negara itu.

Transformasi Menjadi PT KAI

Beberapa hari setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, mulai dilakukan pengambilalihan infrastruktur-infrastruktur perkeretaapian dari Jepang, mulai dari stasiun sampai Kantor Pusat Kereta Api di Bandung pada 28 September 1945. Berbarengan dengan peristiwa ini, perusahaan KA negara dengan nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) berdiri.

Saat Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatsspoorwegen/ Verenigde Spoorwegbedrif (SS/ VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan KA swasta (kecuali DSM).

Pemerintah Indonesia mengambil alih aset-aset perkeretaapian milik pemerintah Hindia Belanda, berdasarkan perjanjian damai Konferensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949. Pengambilalihan ini sekaligus melebur DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950.

Kemudian pada 25 Mei 1953, DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Di tahun tersebut mulai diperkenalkan lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa.

Pada tahun 1971 pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Lalu PJKA merubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) di tahun 1991 dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan.

Selanjutnya tahun 1998 PERUMKA berubah bentuk menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Kereta Api (Persero). Setelah itu, pada 2011 nama perusahaan PT Kereta Api (Persero) berubah nama menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) sekaligus meluncurkan logo baru yang masih digunakan hingga kini.

Kini PT Kereta Api Indonesia (Persero) punya tujuh anak usaha, yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen (2009), dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).

Lewat anak usahanya PT KAI menghadirkan moda rel yang berorientasi pada pelayanan prima, serta mengadopsi teknologi transportasi kereta api terkini. Di wilayah Jabodetabek sudah dilayani oleh jaringan Kereta Rel Listrik (KRL), Moda Raya Terpadu (MRT), dan Lintas Raya Terpadu (LRT).

Kini, PT KAI (Persero) sudah menginjak usia 80 tahun. Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin menegaskan tekad KAI untuk terus meningkatkan kualitas layanan. Ia mengatakan tepat 80 tahun lalu pengambilalihan kantor pusat kereta api di Bandung dari tangan kolonial menjadi tonggak berdirinya Jawatan Kereta Api Republik Indonesia. Peristiwa ini menegaskan kereta api merupakan aset kedaulatan rakyat Indonesia, yang kini telah bertransformasi menjadi PT KAI (Persero).

"Perusahaan yang kita cintai dan banggakan. Tema Semakin Melayani adalah janji KAI untuk terus menghadirkan layanan yang lebih baik, berinovasi tanpa henti, serta memberi kontribusi nyata bagi bangsa," tuturnya.

Dia juga menekankan peran strategis perusahaan sebagai tulang punggung mobilitas nasional dan pilar pembangunan ekonomi. Bobby mengingatkan seluruh insan KAI agar senantiasa menjaga keselamatan, keamanan, dan kesehatan menjelang periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2025/2026 yang akan segera datang.

"Selama delapan dekade, KAI bertumbuh, memberi manfaat bagi masyarakat, dan menjadi kebanggaan bangsa. Dengan semangat Semakin Melayani, mari kita songsong masa depan dengan keyakinan bahwa KAI bukan hanya penggerak perjalanan, tapi juga penggerak harapan dan kemakmuran bangsa."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Korban Meninggal Ambruknya Musala Ponpes Al-Khoziny Jadi 36 Santri

Korban Meninggal Ambruknya Musala Ponpes Al-Khoziny Jadi 36 Santri

News
| Minggu, 05 Oktober 2025, 10:07 WIB

Advertisement

Cantiknya Bangunan Embung di Dataran Tinggi Dieng

Cantiknya Bangunan Embung di Dataran Tinggi Dieng

Wisata
| Sabtu, 04 Oktober 2025, 13:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement