Advertisement

Kasus Jantung Koroner Paling Tinggi Ditemukan di Minggir Sleman

Andreas Yuda Pramono
Selasa, 14 Oktober 2025 - 07:27 WIB
Sunartono
Kasus Jantung Koroner Paling Tinggi Ditemukan di Minggir Sleman Ilustrasi serangan jantung (Freepik)

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Jantung koroner masih menjadi penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu di Indonesia. Penyakit Jantung Koroner (PJK) terjadi ketika pembuluh darah yang mensuplai darah ke jantung (arteri koroner) menyempit dan aliran darah ke jantung menjadi berkurang.

Di Kabupaten Sleman, prevalensi kasus jantung koroner menyentuh 0,75% pada 2024 dan 0,68% sejak awal tahun hingga September 2025. Kapanewon Minggir menjadi wilayah dengan kasus terbanyak.

Advertisement

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman, dr. Khamidah Yuliati, mengatakan ada beberapa faktor penyebab Kapanewon Minggir menjadi wilayah dengan kasus tertinggi.

“Faktornya biasanya kepadatan penduduk, akses ke fasilitas kesehatan, bisa rumah sakit atau klinik jantung,” kata Yuliati dihubungi, Senin (13/10/2025).

Yuliati menambahkan gaya hidup yang menyebabkan hipertensi, diabetes, dan obesitas meningkatkan potensi jantung koroner. Merokok juga termasuk gaya hidup yang harus dihindari. Selain itu, rendahnya kesadaran deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) juga meningkatkan risiko.

Adapun jumlah kasus penyakit jantung koroner pada lansia dengan usia di atas 60 tahun pada 2024 mencapai 3.297 kasus dan sejak awal tahun ini hingga September 2025 mencapai 2.705 kasus.

“Kasus jantung koroner juga kami temukan pada anak muda walaupun dengan prevalensi kecil,” katanya.

Apabila melihat tren dan faktor risiko yang ada, kasus penyakit jantung diperkirakan akan semakin bertambah. Musababnya tentu perubahan gaya hidup, seperti pola makan tidak sehat baik tinggi lemak, garam, dan/ atau gula. Konsumsi makanan instan serta kekurangan konsumsi sayur dan buah juga meningkatkan risiko.

Stres, faktor genetika, dan polusi udara ternyata juga menjadi faktor risiko penyakit jantung koroner. Apalagi jika sesorang kekurangan aktivitas fisik, potensi menjadi jauh lebih besar.

“Bisa juga karena memang kesadaran deteksi dini meningkat, kasus jadi lebih banyak teridentifikasi. Belum lagi melihat usia lanjut yang menjadi faktor risiko dominan,” ucapnya.

Mengenai kesiapan fasilitas kesehatan, Kabupaten Sleman telah memiliki dua RSUD dan beberapa RS Swasta yang memiliki kapasitas dalam pelayanan pasien jantung, seperti ruang ICU, ICCU, dan ketersediaan jumlah dokter spesialis jantung.

Sebanyak 25 Puskesmas di Sleman juga bisa melakukan skrining awal untuk pasien-pasien berisiko tinggi.

“Dinkes Sleman sudah melakukan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, pemeriksaan kesehatan gratis/CKG dan skrining penyakit tidak menular, edukasi kesehatan jantung ke masyarakat baik secara langsung maupun media elektronik, serta penguatan surveilans RS agar bisa memantau kasus sejak ditemukan serta terus dilakukan pemantauan perawatannya,” lanjutnya.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Sleman Dedi Aprianto, mengatakan bidang yang dia ampu ikut terlibat dalam pencegahan dan penanganan penyakit jantung koroner. Biasanya, ada bimbingan teknis atau edukasi yang menyasar dokter dan perawat di Puskesmas.

“Kalau penanggulangan sudah ditangani Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,” kata Dedi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Jaksa Sebut Riza Chalid Trader Migas

Jaksa Sebut Riza Chalid Trader Migas

News
| Selasa, 14 Oktober 2025, 08:17 WIB

Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Wisata
| Senin, 13 Oktober 2025, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement