Advertisement
Simulasi Keracunan Pangan Digelar di 8 Sekolah Sleman, Ini Jadwalnya
Foto ilustrasi sakit perut - keracunan. / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Delapan sekolah di Sleman akan menggelar simulasi kedaruratan keracunan pangan pada Kamis (11/12/2025) sebagai bagian dari pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di 20 sekolah Kapanewon Mlati.
Ketua Forum Komunikasi Komunitas Relawan Sleman (FKKRS), Yoga Nugroho Utomo, mengatakan simulasi penanganan kedaruratan gangguan kesehatan massal akan melibatkan tim siaga di masing-masing sekolah. Pemantauan akan dilakukan secara hybrid terpusat di MTs Negeri 6 Sleman.
Advertisement
Yoga menjelaskan masing-masing sekolah sudah mengidentifikasi ancaman kedaruratan baik alam maupun nonalam. Kedaruratan nonalam, salah satunya berupa gangguan kesehatan massal.
“Mengingat ada kejadian kedaruratan gangguan kesehatan massal di Kabupaten Sleman. Jumlah siswa bergejala tinggi. Harapan kami program nasional MBG yang baik ini jangan sampai mengganggu proses belajar siswa,” kata Yoga ditemui di SDN Sendangadi 2, Mlati, Kamis (27/11/2025).
BACA JUGA
Dengan perencanaan yang ada, ia berharap SPAB mampu melibatkan berbagai pihak dalam upaya menekan dampak keracunan pangan. Kunci penanganan awal keracunan pangan massal adalah ketepatan pengambilan keputusan.
Saat ini, ada sekitar 130 sekolah yang telah berstatus SPAB. Ada juga 12 sekolah yang telah selesai menjalani pelatihan dan pendampingan dalam meraih status tersebut. Sisanya adalah 20 sekolah yang sekarang masih dalam proses pendampingan.
“Ada di Seyegan, sepuluh sekolah. Tahun depan, harapan kami bisa mendampingi kapanewon lain,” katanya.
Lebih jauh, ia menyampaikan sekolah-sekolah di Kapanewon Prambanan, Turi, dan Cangkringan memiliki kerawanan tanah longsor. Ancaman primer erupsi Gunung Merapi ada di sekolah yang berada di wilayah Turi, Cangkringan, dan Pakem.
Jika melihat potensi kerawanan itu, Kapanewon Cangkringan dan Pakem menjadi wilayah dengan kerawanan paling tinggi.
Kepala SDN Sendangadi 2, Nur Taufik, mengatakan ia semakin memahami berbagai hal mengenai kedaruratan setelah mengikuti rangkaian pendampingan pembentukan SPAB. Salah satu contohnya adalah penculikan.
“Pernah ada percobaan penculikan di sekolah kami. Guru dan warga yang sigap, kami bisa menggagalkan penculikan itu,” kata Taufik.
Masih di lingkup kedaruratan nonalam, keracunan pangan menu program MBG juga membuat sekolah harus lebih siaga. Ia tidak menginginkan adanya kasus keracunan pangan menu program MBG di SDN Sendangadi 2.
Apabila memang keracunan pangan terjadi, sekolah bisa meminimalkan dampak dan jumlah korban. Sebagai penanggung jawab, Taufik telah mempersiapkan para guru untuk ikut terlibat. Ia juga telah mempertimbangkan keberlanjutan SPAB apabila ada mutasi guru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





