Advertisement
Modal Terbatas, Banyak Koperasi Desa Merah Putih di Sleman Belum Aktif
Foto ilustrasi Koperasi Merah Putih dibuat oleh AI ChatGPT
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dari 86 Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang terbentuk di Kabupaten Sleman, sebagian besar belum mulai beroperasi. Keterbatasan modal menjadi kendala utama dalam pengembangan koperasi yang diharapkan mampu memperkuat ekonomi desa tersebut.
Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop-UKM) Sleman, Siti Istiqomah Tjatur Sulistyaningtyas, menjelaskan hingga Oktober 2025 total modal yang terkumpul di 86 KDMP baru mencapai sekitar Rp700 juta. Modal itu berasal dari simpanan pokok dan wajib anggota yang terdaftar sejak koperasi berdiri.
Advertisement
“Pamong kalurahan rata-rata memang jadi anggota KDMP juga. Secara sosio kultural juga nanti biasa ikut, tapi memang tidak ada kewajiban,” ujar Sulistyaningtyas saat ditemui di Hotel Indoluxe, Rabu (12/11/2025).
Menurutnya, perkembangan setiap koperasi berbeda-beda. Ada yang sudah beroperasi membuka gerai, sementara lainnya masih dalam tahap pembentukan struktur dan penguatan modal. Untuk mempercepat operasional, Dinkop-UKM Sleman terus memberikan pendampingan dan pelatihan pengelolaan koperasi.
BACA JUGA
“Pendampingan ini penting agar pengurus memahami manajemen koperasi sekaligus memperluas jejaring kerja. Ke depan, KDMP juga akan diintegrasikan dengan program Makan Bergizi Gratis [MBG] melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi [SPPG],” katanya.
Integrasi tersebut diharapkan mampu mendorong KDMP menjadi pemasok bahan baku, terutama bagi koperasi yang sudah memiliki fasilitas cold storage atau mengelola hasil pertanian.
Salah satu contoh, KDMP Kepuharjo Kapanewon Cangkringan hingga kini belum beroperasi karena keterbatasan modal. Ketua pengurus, Subagya, mengatakan pihaknya masih menyusun rencana pembukaan unit usaha. “Kami rencanakan buka gerai sembako dulu. Potensi wisata juga sedang kami kaji, tapi masih gambaran awal,” ujarnya.
Anggota KDMP Kepuharjo saat ini sekitar 70 orang, dengan simpanan pokok Rp500.000 dan simpanan wajib Rp10.000 per bulan. Sementara KDMP Tridadi yang diketuai Hartono baru memiliki sekitar 20 anggota dengan total modal terkumpul Rp2 juta.
“Kami terkendala modal saja. Baru terkumpul Rp2 jutaan, sementara rencana pinjaman juga belum ada,” ucap Hartono.
Berbeda dari dua koperasi itu, KDMP Sardonoharjo justru sudah beroperasi sejak Oktober 2025. Sekretaris KDMP Sardonoharjo, Gatot Hariyanto, menuturkan koperasinya telah membuka dua gerai unit usaha sembako, sekaligus melayani transaksi BRILink dan penjualan gas elpiji tiga kilogram dengan harga lebih murah bagi anggota.
“Pertamina juga memberi fasilitas pengisian gas. Harga elpiji kami jual Rp18.000, jauh lebih murah dari pasaran umum,” ujarnya.
Selain itu, KDMP Sardonoharjo akan menggandeng PT Pupuk Indonesia untuk menyalurkan pupuk bersubsidi jenis NPD dan Urea pada awal 2026. Saat ini jumlah anggotanya mencapai 557 orang, dengan target keanggotaan minimal 500 orang.
“Untuk menjaring generasi muda, kami juga siapkan sistem pendaftaran anggota secara online,” tambahnya.
Sebagai upaya menarik minat warga, pengurus KDMP Sardonoharjo menyediakan paket sembako berisi beras 5 kg, gula 1 kg, dan minyak 800 mililiter dengan harga Rp90.000 setiap bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





