Advertisement
Anak Muda Sleman Sukses Bangun Usaha Rumput Liar Secara Online
Pemuda asal Moyudan, Riyang Gati, menunjukkan spanduk informasi usahanya di Padukuhan Pendulan, Kalurahan Sumberagung, Kabupaten Sleman, Rabu (3/12/2025). - Harian Jogja - Andreas Yuda Pramono
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Seorang anak muda asal Moyudan, Sleman, berhasil meraih keuntungan dari berjualan rumput liar secara online.
Riyang Gati, 26, bukan pesulap. Ia tak punya tongkat sihir, tak pakai pakaian necis, tak ngomong simsalabim abrakadabra setiap ngarit atau memotong rumput. Tapi, arit yang ia genggam mengubah rumput liar di sekitarnya jadi uang.
Advertisement
Ia tinggal di Padukuhan Pendulan, RT 003, RW 021, Sumberagung, Moyudan, Sleman. Kalurahan paling barat ini memiliki luas sekitar 820 hektare (ha) dengan lahan pertanian 440 ha. Dokumen LPPKal Sumberagung 2021 menunjukkan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, petani 6.321 orang dan buruh tani 3.028 orang; tak terkecuali Riyang dan keluarganya.
Orang tuanya memiliki sawah 1.000 meter persegi. Letaknya tak jauh dari rumahnya, sekitar 3 km ke arah timur laut. Sebab itu, segala hal terkait dengan pertanian begitu akrab di kehidupannya sehari-hari.
“Sewaktu masih duduk di bangku taman kanak-kanak, saya sering dibonceng simbah pakai sepeda ontel. Kaki saya diikat ke depan biar aman. Saya dibuatkan cangkul kecil dan semacam garu, tapi kecil. Begitu kalau tiap panen,” kata Riyang ditemui di rumahnya, Rabu (3/12) petang.
Beranjak remaja dan dewasa, intensitasnya pergi ke sawah mulai turun. Apalagi ketika menempuh pendidikan Teknik Komputer Jaringan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan, waktunya lebih banyak untuk praktik.
Ia lulus pada 2017. Selama sembilan tahun sebelum mendirikan suketin.id, segala jenis pekerjaan ia geluti, mulai dari pekerja ekspedisi, tukang pasang tenda-dekor, mitra sensus BPS, hingga panitia pemungutan suara (PPS).
Ada rasa dilema ketika pertama kali lulus. Mau mendirikan usaha tak punya modal, mau lanjut kuliah tak punya uang. Ilmu yang ia dapat di SMK juga tergolong umum, tak memadai jika diaplikasikan di lapangan. “Kalau memaksa buka usaha reparasi bisa-bisa jebol nanti komputernya. Malah dituntut saya,” seloroh Riyang.
Suket dan Ceruk Ekonomi
Serabutan tak memberi kepastian. Ia kemudian memutuskan membuat akun media sosial dan membuka toko online di Shoppe Bakul Suket. Dagangannya hanya satu macam rumput liar, yang biasa dijumpai di sawah-sawah. Rumput semacam ini biasanya dibabat habis lantaran menghambat pertumbuhan padi. Selain ikut menyerap nutrisi, rumput bisa menjadi inang bagi hama atau penyakit. Tak berlebihan jika petani menyebutnya gulma.
Riyang justru membiarkan begitu saja rumput tumbuh liar di atas lahan sawah 1.000 meter persegi. Ia dan orang tuanya gundah. Padi-padi yang meriung lebih dulu dipanen oleh tikus daripada petani. “Gagal panen. Salah satu faktornya ya tikus. Tidak balik modal, malah rugi. Ya sudah, saya minta buat ditanami rumput saja,” katanya.
Di Pendulan, hanya Riyang yang berjualan rumput secara online. Berdiri pada 24 Oktober 2025, Bakul Suket mulai menjadi alternatif peternak yang tak punya waktu ngarit. Pembeli pertama justru warga Tangerang dengan pesanan seberat 20 kilogram (kg). Waktu itu ia memang memadatkannya menjadi satu karung. Biasanya ia menjual per karung. Satu karung pakan ayam Rp25.000 dan polar Rp40.000. Itu jika tanpa karung. Kalau karung dibawa pulang, pembeli kena tambahan biaya Rp2.000.
Sejak berdiri hingga saat ini, grafik penjualan rumput cenderung naik. Rata-rata per hari ia bisa menjual 10 karung. Paling banyak ia sempat menerima pesanan 18 karung pada akhir November.
Biasa ia ngarit bersama pamannya. Lantaran pesanan semakin banyak, ia mengajak tetangganya yang juga kerap ngarit untuk kebutuhan pakan ternak. Riyang tidak menetapkan jumlah setoran. Ia akan membeli rumput per karung sesuai jumlah yang disetorkan.
Apabila melihat rata-rata penjualan rumput selama 40 hari, ia bisa mendapat omzet belasan juta rupiah. Mempertimbangkan pertumbuhan rumput yang tergolong cepat, rumput liar bisa jadi ladang cuan.
Rumput hanya butuh waktu sekitar dua hingga tiga pekan untuk dipanen setelah dibabat khusus pada musim hujan. Kalau musim kemarau, ia belum tahu. Guna mempercepat pertumbuhan rumput, Riyang menabur pupuk baik Urea maupun organik ke lahan.
Ia juga tidak mengkhususnya jenis rumput. Apa yang tumbuh, itu yang ia babat. Sepenuturan Riyang, jenis rumput ada bermacam-macam: kolomentho, legen, kencuran, teki, kawatan, telilir, cacingan, dan waderan. Rumput ini biasanya digunakan untuk pakan ternak kambing.
“Habis dibabat, tanah harus dipalir [membuat jalan air] agar air tidak ngembeng atau menggenang,” katanya.
Menurutnya, mayoritas pembeli berasal dari kabupaten di DIY dan sekitarnya, seperti Magelang. Pembeli lain ada yang dari Jakarta, Solo, dan Malang meski tak banyak. Namun, peta persebaran asal pembeli ini menandakan ada pasar yang siap menampung rumput liar. Bahkan, sejumlah pembeli menanyakan produk lain, seperti damen (tunggul padi) dan silase. “Kalau sapi kan biasanya makan damen sama silase. Tapi saya belum jual. Ke depan saya mau menambah produk dagangan juga,” ucapnya.
Teknologi Digital
Riyang tak mau ambil pikir omongan orang yang membandingkan kesuksesan. Ia punya ukuran sendiri dan kebutuhan sendiri untuk hidup.
“Setiap orang itu punya beban hidup, cuma ada yang dibagikan ke media sosial atau tidak. Nah, konten semacam pencapaian hidup begini banyak di media sosial. Kalau bisa medsos itu dipakai untuk belajar dan hiburan saja. Jangan lihat glamour-nya konten kreator,” jelasnya.
Ia belum tahu apakah akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi atau tidak. Saat ini ia masih fokus mengembangkan usaha. Walakin, ia mengaku harus terus belajar dari mana pun dari siapa pun. Sebagaimana karakter Gen Z, Riyang juga memiliki kesadaran akan pentingnya teknologi digital dan ancaman-ancamannya. Sebab itu, ia sedang mendaftarkan jenama Bakul Suket dan logo termasuk tagline Suket Ora Trending, Tapi Suket Iku Penting untuk mendapat hak kekayaan intelektual (HKI). Setelah proses ini selesai, ia akan mendaftar untuk nomor induk berusaha (NIB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
119 Juta Orang Diprediksi Bepergian Saat Natal-Tahun Baru
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



