Advertisement
Ada Retakan Tanah di Girimulyo, Warga Harus Mengungsi saat Hujan
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO- Tim Peneliti Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti tentang retakan tanah di Dusun Ngrancah, Desa Pendoworejo Girimulyo Kulonprogo.
Kepala Dusun Ngrancah, Arifin Nur Prabowo mengungkapkan pengecekan oleh Tim Peneliti Geologi UGM dilakukan di hampir seluruh wilayah yang terdampak retakan tanah.
Mulai dari rumah warga, tegalan, mata air hingga sungai. Retakan tanah juga telah menyebabkan tembok, lantai rumah warga retak ringan sampai berat.
Di kediamannya sendiri, terjadi retak yang cukup dalam di area perbatasan antara ruang utama dengan dapur. Kendati demikian, ia masih tinggal di rumah tersebut dan tim menyatakan rumahnya masih laik huni.
Ia membenarkan kondisi tanah yang mayoritas komposisinya tanah lempung, sangat memengaruhi munculnya retakan. Retakan di wilayahnya sesungguhnya sudah ada sejak lama, namun pergerakan makin parah dalam satu bulan belakangan, terutama di sejumlah rumah warga. Total ada 10 rumah retak parah, namun total ada 35 Kepala Keluarga yang terdampak.
"Kalau rumah saya masih aman, yang rusak itu di sebelah barat dan sudah saya kosongkan. Kalau sebelah timur alhamdulillah aman," katanya, Rabu (3/4/2018).
Arifin mengungkapkan, retakan yang ada di wilayahnya membentuk pola tertentu yang saling menyambung. Yaitu melengkung ke arah bawah dan tegalan menjadi puncak retakan.
Kalau turun hujan, ia menginstruksikan warga untuk pindah ke tempat yang lebih aman, terutama mereka yang tinggal di lereng gunung.
"Yang dikhawatirkan itu rumah yang berada di dekat tebing atau gunung, kemiringan sekitar 50 derajat, kalau hujan bisa terjadi luncuran material yang cepat. Ada juga batuan yang hampir jatuh, sebisa mungkin harus dieksekusi," lanjutnya.
Ia berharap, dari penelitian tersebut diketahui jelas penyebab terjadinya retakan. Warga juga meminta adanya sistem peringatan dini bencana dari pihak terkait, supaya bisa segera menyelamatkan diri apabila terjadi longsor.
Selama ini, ia memasang alat peringatan dini bencana sederhana di rumah, sebagai indikator untuk mengetahui pergerakan tanah. Namun alat tersebut belum dipasang di permukiman bagian lereng.
"Bila memungkinkan, kami meminta bantuan untuk rekonstruksi rumah yang terdampak retakan berat," harapnya.
Disinggung perihal drainase yang buruk, ia tidak menampiknya. Drainase sebelumnya ada namun tidak ada yang merawat, sehingga air tanah terjun dengan bebas dan meluber ke segala arah. Kini, warga melakukan pencegahan dengan cara menutup retakan tanah, mengamankan batu yang hampir jatuh, juga memperbaiki drainase.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Polisi Jogja Bekuk Komplotan Maling Bermodus Ganjal ATM di Karanganyar
- Trafik Data Indosat Naik di Periode Lebaran, Banjarnegara Tertinggi se-Jateng
- Siap-siap! KPU Wonogiri Umumkan Caleg Terpilih DPRD Wonogiri pada Awal Mei
- Rian Miziar Salahkan Wasit tapi Akui Permainan Persis Solo Tak Seperti Biasanya
Berita Pilihan
Advertisement
Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BKK DANAIS 2024: Rp29,4 Miliar Digulirkan untuk Padat Karya 160 Kalurahan di DIY
- Peringatan OTDA Jadi Momentum Mengarah ke Ekonomi Hijau Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat
- Cara Membeli Tiket KA Bandara Jogja via Online
- Jadwal Lengkap KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 26 April 2024
- Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo, Jumat 26 April 2024
Advertisement
Advertisement