Advertisement

Miris, Masih Ada Warga yang Dipasung di Kulonprogo

Uli Febriarni
Rabu, 15 Agustus 2018 - 10:50 WIB
Bhekti Suryani
Miris, Masih Ada Warga yang Dipasung di Kulonprogo Sardi, berada di dalam ruangan kecil, di dalam rumah, sebelum dievakuasi, Selasa (14/8/2018). - Harian Jogja/Uli Febriarni

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO- Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kulonprogo mengevakuasi seorang laki-laki bernama Sardi, yang dipasung di rumahnya, Dusun Kriyan, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Selasa (14/8/2018).

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Dinsos P3A Kulonprogo, Wahyu Budiarto  mengatakan, Sardi akan dibawa ke RS Grhasia Sleman untuk pengobatan. Selanjutnya, ia akan dirawat di Panti Bina Laras selama 12 bulan dengan pendampingan tenaga ahli.

Advertisement

"Sehingga rutinitas minum obat terjaga, harapannya kondisi Sardi bisa membaik," kata dia, Selasa.

Wahyu menjelaskan, evakuasi dilakukan sebagai bentuk upaya mewujudkan program DIY Bebas Pasung pada 2019. Berdasarkan data yang dimiliki Dinsos, P3A Kulonprogo, pada 2018 Pemkab sudah mengevakuasi dua penderita gangguan jiwa yang dipasung, di Kulonprogo. Pihaknya siap menindaklanjuti apabila ada laporan masuk dari masyarakat mengenai keberadaan orang yang dipasung.

Ketua RW 29 Dusun Kriyan, Suprapto mengungkapkan, pemasungan dilakukan terhadap Sardi, karena lelaki berusia 54 tahun tersebut mengidap gangguan jiwa dan tindakannya meresahkan warga setempat. Apabila sedang kambuh, sesekali ia mengamuk dan melakukan tindak kekerasan fisik terhadap orang lain, misalnya anggota keluarga.

Pernah juga ia mengotori lingkungan kamar mandi dan toilet di rumah tetangganya dengan kotoran, serta menaburkan debu tanah di air yang berada di penampungan air rumah mereka.

"Keluarga berinisiatif mengurungnya sejak sekitar 2005. Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Grhasia di Sleman beberapa kali, tapi kondisinya belum membaik," kata dia.

Di rumahnya, Sardi tinggal bersama istrinya bernama Tuti, yang mencari nafkah sebagai buruh tani dan anak bungsu. Sedangkan dua anak mereka lainnya bekerja di Jakarta. Suprapto menduga, gangguan kejiwaan yang menimpa Sardi diawali sepulangnya Sardi dari Batam sekitar 2001, seusai merantau untuk bekerja.

"Ia kehilangan pekerjaan setelah menjadi korban kecelakaan lalu lintas, ia terluka, bekerja menjadi buruh tani, sambil berobat. Mungkin karena tidak kunjung mapan, tak ada jaminan sosial saat itu, harta yang ia miliki kemudian habis untuk berobat, selanjutnya membuat Sardi stress," terangnya.

Warga memahami keputusan keluarga Tuti [istri Sardi] untuk memasung Sardi. Selain itu, mengapresiasi langkah Dinsos, P3A Kulonprogo untuk membawa Sardi ke rumah sakit. Namun ia berharap, Sardi baru dibawa pulang kembali setelah sembuh.

Kepala Dusun Kriyan, Sugiyono menjelaskan, Sardi sempat membaik selama sepekan setelah pulang dari rumah sakit. Tetapi kemudian kondisi kesehatan jiwanya memburuk karena ia tidak mau minum obat, bila berada di rumah. Sehingga ia dipasung.

"Mau bagaimana lagi, daripada merusak lingkungan dan tetangga dekat," kata dia.

Senada, Tuti, istri Sardi juga mengiyakan bahwa suaminya tersebut sukar minum obat bila sudah berada di rumah.

"Nek ngombe obat mboten purun," ucapnya singkat.

Kepala Desa Banjararum, Warudi menyebut, Sardi adalah satu-satunya warga yang dipasung karena gangguan jiwa. Sebetulnya, masih ada satu lagi seorang pengidap gangguan jiwa di Dusun Brajan, Desa Banjararum. Namun ia tidak dipasung lantaran perilakunya masih terkendali.

Seorang tetangga tepat sebelah rumah Sardi, Paimin mengaku, warga tidak takut dan bersikap biasa terhadap Sardi. Bahkan sesekali warga masih berkunjung ke sana, walau belakangan ini intensitasnya sangat berkurang. Hanya memang, sebelum dipasung, Sardi terkadang melakukan tindakan tidak menyenangkan.

"Istri kulo ora ngopo-ngopo tapi diunekke. Tapi yo jenenge nggeh mboten sehat," kata dia.

Saat dievakuasi sekitar pukul 10.00 WIB, Sardi dijemput dan dibawa ke RS Grhasia, Pakem, Sleman menggunakan mobil ambulans. Tuti, Kepala Desa, jajaran Dinsos P3A Kulonprogo dan sejumlah tenaga sosial ikut bersama mengantarnya.

Selama dipasung, Sardi tinggal di belakang rumah, di dalam sebuah ruangan berukuran 4 x 4 meter, dekat kandang ternak. Ruangan tersebut hanya ditembok semen tanpa dicat, memiliki lubang ventilasi berbentuk persegi panjang, pintu terali besi yang selalu dikunci dan digembok. Hanya ada sebuah lubang di bawah terali, untuk memudahkan bila anggota keluarga mengantarkan makanan atau minuman bagi Sardi.

Di dalam ruangan yang dibangun oleh warga setempat bersama-sama itu, dilengkapi pula dengan kloset dan bak penampungan air. Di sana, Sardi tidur hanya beralaskan kantong plastik bekas kemasan pakan ternak. Sejumlah pakaian terlihat di tempat ia tidur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jogjapolitan | 2 hours ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Ungkap Mantan Kepala Bea Cukai Jogja Lakukan Pencucian Uang Capai Rp20 Miliar

News
| Sabtu, 20 April 2024, 07:27 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement