Advertisement

Angka Ketimpangan di Sleman Kian Tinggi

Fahmi Ahmad Burhan
Selasa, 18 Desember 2018 - 21:15 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Angka Ketimpangan di Sleman Kian Tinggi Ilustrasi kemiskinan. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sleman memetakan kawasan untuk mengentaskan ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan yakni pemberian bantuan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Kabid Perekonomian Bappeda Sleman, Aisyah Inayati Suryani, saat ditemui Harian Jogja, Selasa (18/12/2018) mengatakan dari tahun ke tahun data terkait dengan tingkat ketimpangan di Sleman naik turun. Pada 2015 angka ketimpangan di Sleman menggunakan indeks gini yaitu 0,41, sedangkan di 2016 mencapai 0,39. Angka tersebut meningkat lagi pada 2017 menjadi 0,41.

Advertisement

Inayati mengatakan apabila indeks gini mendekati angka satu maka merupakan tanda kondisi ketimpangan yang terus meningkat. Untuk standar secara nasional angka ketimpangan di daerah yaitu 0,4.

Menurut Inayati Bappeda mengupayakan agar ada pemerataan jangan sampai angka ketimpangan berdasarkan indeks gini di Sleman melebihi 0,4. Menurutnya ketimpangan terjadi karena pendapatan pada MBR tetap, sedangkan di sisi lain, masyarakat yang berpenghasilan tinggi terus meningkat dan membuat gap terjadi.

"Kami tidak bisa mengerem laju pembangunan. Kami hanya bisa mengurangi gap dengan cara pemberdayaan usaha kecil mikro dan menengah [UMKM], menggelar pelatihan serta membangun infrastuktur untuk mefasilitasi MBR," ujar Inayati, Selasa.

Bappeda, menurut Inayati, memetakan wilayah mana saja yang terkena dampak pembangunan dan selanjutnya diantisipasi ketimpangannya. Berdasarkan pemetaan Bappeda Sleman, daerah relatif tertinggal dalam pembangunan yaitu Kecamatan Seyegan, Godean, Berbah, Kalasan, Ngemplak, Tempel, dan Cangkringan.

Kepala Bappeda Sleman, Kunto Riyadi, mengatakan dalam proses pemerataan pembangunan di Sleman jajarannya mengupayakan dengan adanya pembangunan infrastuktur. Namun menurutnya pembangunan infrastuktur harus mengikuti pemetaan wilayah.

"Jangan sampai membangun tidak sesuai dengan kondisi kawasannya. Contoh Sleman Barat merupakan kawasan lumbung padi tak hanya bagi Kabupaten Sleman tetapi juga DIY. Oleh karena itu dalam pembangunan kami berupaya agar pemerataan infrastuktur itu yang menunjang pertanian bukan ke arah seperti perkotaan," kata Kunto.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement