Advertisement

Soal Wacana Pengembalian PMP ke Bangku Sekolah, Disdikpora Gunungkidul Masih Tunggu Surat Resmi dari Pusat

David Kurniawan
Jum'at, 28 Desember 2018 - 18:37 WIB
Kusnul Isti Qomah
Soal Wacana Pengembalian PMP ke Bangku Sekolah, Disdikpora Gunungkidul Masih Tunggu Surat Resmi dari Pusat Ilustrasi Pancasila - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul menyambut baik rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembalikan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) ke bangku sekolah di tahun ajaran 2019-2020. Namun, hingga sekarang belum ada surat resmi terkait dengan kebijakan tersebut.

Kepala Disdikpora Gunungkidul Bahron Rasyid mengaku tidak mempermasalahkan adanya kebijakan dari pusat untuk mengembalikan mapel PMP ke bangku sekolah. Dia pun menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Advertisement

“Intinya kami siap, tapi untuk pelaksanaan harus ada surat resminya. Hingga sekarang surat tersebut belum ada dan kami menunggu untuk melaksanakan kebijakan mengembalikan PMP untuk diajarkan lagi di sekolah,” katanya kepada wartawan, Jumat (28/12/2018).

Untuk persiapan, Bahron tidak ada masalah karena dari sisi tenaga pengajar sudah ada karena memiliki kesamaan dengan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karenanya, pada saat kebijakan ini benar-benar dilaksankaan, disdikpora tidak akan mengajukan tambahan guru PMP.

“Secara garis besar ada kesamaan antara PKN dengan PMP. Jadi untuk pengajaran, guru PKN tinggal diberikan penyegaran terkait dengan mapel PMP sehingga semua dapat berjalan, tanpa harus melakukan rekrutmen tenaga pendidik yang khusus mengajar PMP,” ungkap mantan Kepala Bidang Pendidikan Menengah ini.

Menurut Bahron keyakinan tidak akan menambah berdasarkan pengalaman pribadi. Sebagai lulusan guru PKN, ia tahu persis tentang pembelajaran yang menyangkut dengan masalah kebangsaan dan juga mengenai pendidikan pancasila.

“Jadi kalau memang nanti diajarkan kembali, kami sudah siap dengan SDM yang sudah dimiliki,” imbuh Bahron.

Guru SMP Negeri 2 Wonosari, Siti Fatimah mengatakan setuju jika PMP dihidupkan kembali. Hal ini mengacu adanya pengaruh buruk yang dari perkembangan zaman.

"Tidak ada masalah kalau dihidupkan lagi. Namun harus ada perbedaan dibanding PMP zaman dulu, kalau dulu hanya hafalan saja yang ditonjolkan," kata Siti

Ia mengatakan hal utama yang harus dilakukan berkaitan dengan praktik, bagaimana pancasila diimplementasikan di kehidupan bermasyarakat. “Keberadaan PMP dapat mendukung pengembangan pendidikan karakter di sekolah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat

News
| Sabtu, 27 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement