Advertisement

TRADISI JOGJA : Mengapa Nyadran Perlu Dilakukan?

Selasa, 31 Mei 2016 - 05:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
TRADISI JOGJA : Mengapa Nyadran Perlu Dilakukan? JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo BayuWalikota Solo Hadi Rudyatmo dan Wakil Walikota Achmad Purnomo melakukan ziarah tabur bunga di makam ki Gede Solo, Mloyosuman, Baluwarti, Solo, Kamis (13 - 2). Ziarah tersebut merupakan rangkaian peringatan hari jadi Kota Solo yang ke/ 269

Advertisement

Tradisi Jogja berupa nyadran masih terus dilakukan.

Harianjogja.com, BANTUL -- Masyarakat berkunjung ke makam ulama besar bernama Raden Trenggono atau yang kerap disebut Panembahan Bodho yang terletak perbatasan antara Desa Wijirejo, Guwosari, dan Sendangsari, Pandak, Bantul memasuki bulan Ruwah menjelang bulan puasa atau Ramadan.

Advertisement

Ritual doa sebagai bentuk baktinya terhadap leluhur ini merupakan ajaran dari para Wali dalam masyarakat dan dikenal dengan sebutan nyadran.

Ketua panitia acara nyadran Makam Sewu, Hariyadi menjelaskan, kata Nyandran yang sering disebut oleh masyarakat tersebut berasal dari kata Yadarona.

Menurut ajaran wali, menjelang Ramadan disunahkan untuk ziarah kubur dan sebelum masuk makam disunahan membaca Yaa Daaro Qoumin mu'miniin. Kemudian oleh orang Jawa lafal Yaadaronan diucapkan menjadi nyadran agar lebih mudah diucapkan.

Kini dalam perkembangannya, Nyadran Makam Sewu merupakan sebuah tradisi budaya religius dan merupakan sebuah aset wisata bagi pemerintah. Upacara nyadran ini diadakan rutin setiap tahunnya pada tanggal 20 bulan Syaa’ban (Ruwah) dan diikuti oleh oleh tiga desa dari dua kecamatan yakni Wijirejo, Guwosari, dan Sendangsari.

Masyarakat terlibat langsung dalam prosesi ini. Prosesi yang dimulai dengan kirab dengan mengarak gunungan dan jodhang dari balai desa Wijirejo menuju pendopo Makam sewu. Setelah berkumpul di pendopo prosesi doa dilaksanakan dan setelah selesai, barulah gunungan yang diarak diperebutkan oleh para masyarakat yang datang.

Salah satu warga Sumarni mengatakan ia selalu mengikuti upacara nyadran Makam Sewu ini, menurutnya selain menjaga tradisi, juga inti dari kegiatan ini adalah untuk mendoakan leluhur dan orang tua.

“Selalu ikut setiap tahun, karena makam orang tua juga di sini. Jadi upacara nyadran ya untuk mendoakan orang tua untuk memohonkan ampunan dosa sebelum menghadapi bulan Ramadan,”katanya, Senin (30/5/2016).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini

News
| Jum'at, 26 April 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement