Advertisement

Peran Juru Kunci Merapi Bergeser, Ini Pandangan Mas Asih

Fahmi Ahmad Burhan
Kamis, 31 Mei 2018 - 08:25 WIB
Budi Cahyana
Peran Juru Kunci Merapi Bergeser, Ini Pandangan Mas Asih Mas Asih - Harian Jogja/Fahmi Ahmad Burhan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sejak 2011, Kliwon Suraksohargo Asihono atau biasa disapa Mas Asih ditunjuk Sri Sultan HB X untuk menjadi juru kunci Merapi. Setelah tujuh tahun, akhirnya dia mengalami masa-masa paling sibuk menghadapi Merapi, di tengah pergeseran peran juri kunci.

Sabtu (26/5/2018) pagi, Mas Asih duduk berbincang bersama warga di petilasan bapaknya, mendiang Mas Penewu Surakso Hargo atau akrab dipanggil Mbah Maridjan. Pekuburan Mbah Maridjan berjarak tiga kilometer dari rumah Mbah Asih di Hunian Tetap (Huntap) Karangkendal, Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan.

Advertisement

Pagi itu, Mas Asih bersama istrinya membawa sepeda motor menuju Petilasan Mbah Maridjan. Ia terlihat santai dengan balutan jaket kulit hitam, berbincang bersama warga, bercengkrama seputar kabar dan erupsi Merapi. Petilasan Mbah Maridjan masuk pada kawasan Wisata Kaliadem.

Tempat jalan-jalan di lereng gunung itu belakangan sepi, tak seperti biasanya.

“Semoga saja Gunung Merapi aman,” ucap Mbah Asih pada warga.

Maklum saja warga sedikit khawatir. Sejak Senin (21/5.2018), Merapi sedang rajin-rajinnya meletup.

“Kita tapi tetap harus waspada dan jangan panik,” kata pria berumur 52 tahun itu.

Pesan-pesan untuk menenangkan warga kerap dia sampaikan saat kenduri, tahlilan, maupun doa bersama. “Tak cuma di satu tempat, tapi juga ke tempat lainnya di sekitar Merapi,” kata Mas Asih.

Selain sebagai juri kunci Merapi, Mas Asih menjadi karyawan di Bagian Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII), kampus paling dekat dengan Gunung Merapi. Sudah 23 tahun dia bekerja di universitas swasta tertua di Indonesia tersebut.

“Dari awal mula FMIPA berdiri di UII saya sudah jadi karyawannya, dan waktu itu saya yang jadi karyawan pertama, di FMIPA kala itu belum ada tenaga akademik lain,” katanya.

Ia biasa mengurus bagian administrasi. Setiap pagi sekitar pukul 07.00 WIB ia sudah ada di kampus. Hingga sore hari ia pulang lagi ke rumahnya, sejenak beristirahat, selepasnya bercengkrama dengan warga. “Terkadang saya juga pergi ke petilasan kalau malam hari, sepi rasanya,” ungkap Mas Asih.

Bagi dia, menjadi juru kunci Merapi yang ditunjuk Kraton Jogja bukan hal yang terlalu spesial. Ia menggantikan bapaknya sebagai pemangku adat Kraton di sekitar Merapi.

“Peran saya menjaga kelestarian budaya,” kata dia.

Situasi lereng Merapi berbeda dengan delapan tahun lalu. Warga sudah banyak belajar dari pengalaman. Saluran informasi juga makin lancar.

“Media sudah banyak, warga jadi lebih mudah mengetahui informasi dari pihak yang berwenang sehingga banyak yang tahu perkembangan Merapi,” ujar Subagio, warga Dusun Pangukrejo, dusun paling akhir di Desa Umbulharjo, Cangkringan.

Situasi itu menyebabkan peran juru kunci Merapi agak bergeser. Di mata warga, Mas Asih tetap sosok penting, meski tak lagi menjadi referensi utama.

“Tergantung pandangan orang-orang memang kalau soal juru kunci Merapi, tetapi yang jelas dulu warga masih memegang teguh nilai-nilai yang diberikan juru kunci. Sekarang juru kunci memberikan pemahaman ke warga agar lebih taat kepada instruksi pembuat kebijakan,” kata Subagio.

Mas Asih pun berpesan agar warga menyeimbangkan nilai-nilai lokal Merapi. “Perkembangan teknologi sekarang itu tidak bisa dibendung, sekarang pariwisata di Merapi itu marak, dan cukup mendongkrak ekonomi warga, namun nilai-nilai budaya, jangan sampai dilupakan,” pesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Aniaya Sopir Taksi, WNA asal Australia Dideportasi

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement