Advertisement
DBD Menggila di Kulonprogo, Ini Kapanewon dengan Kasus Terbanyak
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kulonprogo meningkat drastis dari akhir Februari lalu hingga akhir April. Hingga April, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo mendata total sudah ada 411 kasus DBD.
Padahal data Dinkes Kulonprogo pada 2022 lalu menunjukan 494 kasus DBD per akhir April 2022, kemudian turun pada 2023 jadi sebanyak 213 kasus pada waktu yang sama.
Advertisement
Selama kurun waktu itu juga tren DBD juga menurun, misalnya pada 2022 dari awal Februari ada 60 kasus jadi 30 kasus pada awal Maret, turun lagi pada April jadi 17 kasus.
Sementara pada Februari 2023, trennya juga tidak naik malah stabil di mana pada akhir Februari hanya 10 kasus DBD, lalu stagnan di akhir Maret 2023 di angka 10 kasus juga.
Tren yang naik sejak Februari 2024 ini menurut Dinkes Kulonprogo sebabnya adalah musim pancaroba yang memungkinkan pengindukan nyamuk Aedes aegypti lebih banyak. Sedangkan pada 2024 ini sejak Februari terdapat 19 kasus, meningkat jadi 43 kasus pada Maret, menggila lagi kenaikannya jadi 58 kasus pada awal April 2024 lalu.
Galur Terbanyak
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulonprogo, Arief Musthofa menyambut sebaran kapanewon yang paling banyak kasus dengue selama Februari hingga April ini berada di Galur dengan jumlah 112 kasus, lalu Lendah ada 77 kasus dengue, dan Sentolo terdapat 70 kasus dengue.
"Kebanyakan kasus demam berdarah atau dengue fever, untuk DBD sedikit saja, data ini juga perlu pembaharuan uji medis lagi," terangnya, Minggu (5/5/2024).
BACA JUGA: Kasus DBD di Gunungkidul Mulai Menurun
Arief menjelaskan penanganan yang dilakukan Dinkes Kulonprogo mengatasi tren peningkatan DBD ini dengan penelitian epidemiologi, khususnya bagi kapanewon yang tinggi sebarannya. Hasil penelitian epidemiologi untuk Kapanewon Galur, jelas Arief, menunjukan kebanyakan kasus dialami pemudik saat Lebaran lalu.
Upaya lanjutan penelitian epidemiologi ini juga untuk mengantisipasi sebaran yang lebih tinggi, misalnya dengan melakukan pengasapan atau fogging. Tiga kapanewon sebaran tinggi DBD itu, lanjut Arief, sudah di-fogging.
Edukasi pola hidup sehat juga kembali digencarkan Dinkes Kulonprogo menghadapi tren kenaikan DBD ini. "Soal pencegahan dengan bubuk abati juga kami sosialisasikan ulang karena ternyata ada kesalahpahaman yang menyebabkan cara ini tidak efektif," kata Arief.
Cara efektif pencegahan dengan abatei ini dengan menguras tampungan air dulu, lalu menggosok dinding wadah air, baru kemudian menyebar bubuk pembasmi bibit Aedes aegypti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Digugat Praperadilan di PN Jaksel Oleh Sekjen DPR Indra Iskandar, Ini Kasusnya
Advertisement
Punya Kedalaman 116 Meter, Hongyancun Jadi Stasiun Kereta Bawah Tanah Terdalam di Dunia
Advertisement
Berita Populer
- BUKU CERDAS MENGELOLA SAMPAH MANDIRI: Hindari Penggunaan Styrofoam, Kelola Sampah Kering Melalui Bank Sampah
- PROGRAM LITERASI MASYARAKAT: DPAD Bedah Buku Spiritual Problem Solving Jangan Kalah oleh Masalah
- FASILITAS PEMERINTAH: Pemuda DIY Bisa Manfaatkan Program Kepemudaan
- Suluh Sumurup Art Festival: Keterbatasan Bukan Jadi Penghalang untuk Berekspresi
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Sabtu 18 Mei 2024
Advertisement
Advertisement