Advertisement

Ini Penyebab Magma Gunung Merapi Bergerak Lambat

I Ketut Sawitra Mustika
Sabtu, 02 Juni 2018 - 02:50 WIB
Bhekti Suryani
Ini Penyebab Magma Gunung Merapi Bergerak Lambat Gunung Merapi Waspada, Selasa (22/5/2018). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Magma Gunung Merapi diperkirakan masih berada di bawah tiga kilometer dari puncak. Magma kemungkinan besar tidak akan mencapai permukaan dalam tempo waktu yang singkat, karena pergerakannya yang cenderung lambat. Dengan demikian, jika magma sudah hendak merangsek keluar, otoritas terkait masih punya cukup waktu mengeluarkan peringatan dini.

Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso menjelaskan, kecepatan ekstrusi (pergerakan) magma menuju permukaan cukup berbeda dibandingkan dengan kecepatan pergerakan gas.

Advertisement

"Kalau gas, yang menimbulkan letusan freatik sebelumnya, kecepatannya lebih tinggi, sehingga ada jeda letusan delapan jam pada tanggal 21 [Mei] lalu. Tapi untuk magma lebih kental, tentu butuh waktu yang lebih lama," jelas Agus saat jumpa pers di Kantor BPPTKG, Jumat (1/6/2018).

Pergerakan magma Gunung Merapi, sambung Agus, bergerak relatif lambat. Secara umum, pergerakan magma di gunung yang masuk sebagai salah satu gunung api teraktif di dunia ini mencapai 17 meter/hari sampai 40 meter/hari.

Namun, Agus menyatakan kecepatan pergerakan magma bisa saja berubah. Kecepatan 17 meter sampai 40 meter/hari didapat berdasarkan statistik kejadian terdahulu. Karena alasan itu, BPPTKG mengaku tidak bisa menentukan secara pasti kapan magma akan sampai ke permukaan.

"Dengan kedalaman magma yang diperkirakan masih di bawah tiga km, jadi masih ada cukup waktu untuk memberikan peringatan dini jika magma akan keluar," ungkap Agus.

Rentetan letusan Gunung Merapi, yang terjadi sejak tanggal 21 Mei hingga 24 Mei 2018, sempat tak berlanjut. Setelah tanggal 24 Mei hingga 31 Mei tidak ada satu pun erupsi. Hingga kemudian pada tanggal 1 Juni kembali terjadi letusan dengan amplitudo maksimum 77 mm dan berdurasi dua menit.

Sehari sebelum letusan ini, BPPTKG mencatat terjadi lima kali gempa vulkanotektonik (VT) dengan kedalaman di bawah tiga km dari puncak. Gempa VT ini masuk kategori gempa vulkanik dalam (VA), karena kedalamannya lebih dari 1,5 km. Gempa VA ini biasanya identik dengan adanya pasokan magma baru.

"Terjadinya gempa VT menjadi indikasi proses magmatis berpengaruh besar pada letusan pagi ini. Ekstruksi magma ke permukaan masih membutuhkan waktu mengingat diperkirakan posisi magma saat ini masih berasa di bawah tiga km, berdasarkan kedalaman gempa VT yang terjadi," kata Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar.

Agus melanjutkan, sebelum periode letusan freatik pada 11 Mei 2018, juga terjadi beberapa rentetan gempa vulkanik. Tapi, bedanya ketika itu tidak diikuti dengan letusan. "Tapi ini berbeda, karena sumbat sudah terbuka setelah letusan 11 Mei," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Pertemuan Zelensky dan Trump Bahas Perdamaian dan Dukungan Senjata

Pertemuan Zelensky dan Trump Bahas Perdamaian dan Dukungan Senjata

News
| Sabtu, 18 Oktober 2025, 10:17 WIB

Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA

Wisata
| Senin, 13 Oktober 2025, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement