Advertisement

Hak Asasi Sosial Budaya Kurang Perhatian

Bernadheta Dian Saraswati
Sabtu, 03 November 2018 - 13:10 WIB
Laila Rochmatin
Hak Asasi Sosial Budaya Kurang Perhatian Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik (kiri) dan Rektor UGM Panut Mulyono (kanan) menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Komnas HAM dengan UGM di ruang sidang pimpinan UGM, Jumat (2/11/2018). - Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia menilai hak asasi di bidang sosial dan budaya masih kurang mendapat perhatian. Hal ini kerap memicu munculnya kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

Menurut Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, jika Indonesia ingin tumbuh menjadi negara berkeadilan, maka HAM harus dibicarakan dan mendapat perhatian secara lebih luas dan mendalam.

Advertisement

"Selama ini yang dibicarakan hanya hak politik. Sementara hak sosial budaya masih kurang, seperti mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, bagaimana kaum difabel diperlakukan, bahkan yang masih miskin kajiannya tentang lansia," katanya di UGM, Jumat (2/11/2018).

Untuk urusan hak asasi terhadap lansia, Damanik bahkan menyebut Indonesia kalah dengan Singapura. Seharusnya hak asasi bidang sosial budaya ini diperlakukan sama seperti bidang lain yang selama ini sering disuarakan dan diperjuangkan.

Untuk itu, Komnas HAM menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan UGM untuk melanjutkan kerja sama yang telah terjalin sebelumnya, khususnya di bidang pembuatan kajian-kajian seputar HAM. Ia berharap relasi ini juga memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Damanik mengatakan peran para ahli dari kalangan perguruan tinggi sangat dibutuhkan, tidak hanya dalam menyusun kajian-kajian mendalam tetapi juga berkontribusi dalam merevisi undang-undang. Selama ini kerja sama yang sudah terjalin sebelumnya adalah pelatihan mediasi yang diikuti anggota PMI UGM dan pemberian data Komnas HAM terhadap mahasiswa.

Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan perhatian terhadap HAM sudah ditanamkan kepada mahasiswa sejak dini, bahkan kepada kaum difabel di lingkungan kampus. Beberapa contohnya adalah mengusahakan para calon mahasiswa difabel leluasa mengikuti seleksi di UGM dan dibangunnya perpustakaan ramah difabel.

"Jumlahnya [mahasiswa difabel] cukup banyak dan ada komunitas unit kegiatan mahasiswa [UKM] juga. Kami ingin kampus ini inklusif untuk mengakomodasi mahasiswa difabel," tuturnya.

Panut berharap kerja sama berjalan dengan baik sesuai visi dan misi Komnas HAM. Ia mengakui yang dimiliki dari universitas adalah tenaga ahli dan mahasiswa, sehingga melalui kerja sama itu keduanya bisa berkontribusi dalam memperhatikan masalah-masalah pelanggaran HAM. "Semoga Indonesia menjadi bangsa yang. Indonesia menjadi contoh sebagai kawasan yang mengedepankan HAM," katanya. (Bernadheta Dian Saraswati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Lestarikan Seni Budaya, Taru Martani Beri Dukungan Konser Kidung Pertiwi yang Digelar Yogyakarta Royal Orchestra di Jakarta

News
| Senin, 28 April 2025, 12:17 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng

Wisata
| Minggu, 27 April 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement