Advertisement

Sejak Kamis Pagi, Wedhus Gembel Keluar Dua Kali

Abdul Hamied Razak
Kamis, 07 Maret 2019 - 15:20 WIB
Arief Junianto
Sejak Kamis Pagi, Wedhus Gembel Keluar Dua Kali Visual puncak Gunung Merapi dari pos Pengamatan Gunung Merapi di Selo, Boyolali, Minggu (3/3) pagi. - Twitter/BPPTKG DIY

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Guguran awan panas kembali terjadi dari puncak Gunung Merapi sebanyak dua kali pada Kamis (7/3/2019) pagi. Hingga kini, sejak 29 Januari lalu, tercatat sudah ada 26 kali guguran awan panas di lereng Merapi.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY, awan panas atau biasa disebut wedhus gembel pertama pada Kamis, terjadi pada pukul 07.44 WIB berdurasi 121 detik dengan jarak luncuran sejauh 1.200 meter mengarah ke arah tenggara, Kali Gendol.

Advertisement

Awan panas kedua muncul pukul 10.17 WIB berdurasi 97 detik dengan jarak luncur sejauh 1.000 meter, lebih pendek dibandingkan guguran yang pertama. "Awan panas masih dalam jarak aman rekomendasi. Kami tetap mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa," kata Kepala BPPTKG DIY, Hanik Humaida, Kamis.

Selama periode pekan pertama bulan ini, guguran awan panas lebih banyak terjadi dibandingkan bulan sebelumnya. Luncuran awan panas terakhir kali terjadi pada Minggu, 3 Maret lalu dengan jarak luncur mencapai 1.100 meter ke arah Kali Gendol.

Sehari sebelumnya, Sabtu (2/3/2019) luncuran awan panas terjadi hingga 10 kali dengan jarak maksimal 2.000 meter. Proses erupsi efusif pun hingga kini masih berlangsung ditandai aktivitas vulkanik tinggi mensuplai magma.

BPPTKG DIY mencatat aktivitas Merapi selama Rabu (6/3/2019) tercatat 50 kali guguran dan enam kali hembusan. Jarak luncuran lava paling terpanjang sejauh 900 meter mengarah ke Kali Gendol. Meski beberapa kali awan panas guguran di Merapi keluar dengan grafik yang pasang surut setiap hari, BPPTKG memastikan kondisi tersebut tersebut masih tergolong kecil. Terlebih laju pertumbuhan kubah Merapi sampai 28 Februari ini dinilai masih rendah.

Dengan rata-rata pertumbuhan 1.300 meter kubik perhari, tercatat volume kubah hanya 466.000 meterkubik. "Aktivitas Merapi masih mengalami fase erupsi kecil, kondisi kubah masih stabil meskipun beberapa kali terjadi guguran lava," kata Hanik.

Awan panas yang muncul, diakui dia masih berskala kecil. Sejak 29 Januari hingga 7 Maret, tercatat 26 kali Merapi mengeluarkan guguran awan panas dengan jarak maksimal 2.000 meter. "Awan panas yang muncul masih di bawah jarak aman yang kami rekomendasi. Kalau sudah menyentuh tiga kilometer, kami tentu akan evaluasi. Jadi statusnya masih sama [Waspada], dan rekomendasinya juga masih sama. Masyarakat masih bisa beraktivitas seperti biasa karena tidak ada perubahan aktivitas yang signifikan," kata Hanik.

Meski begitu, kegiatan pendakian di Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. Masyarakat diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan terkait awan panas dan bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement