Advertisement

Pura Widya Dharma Gelar Upacara Piodalan

Sunartono
Jum'at, 13 Desember 2019 - 02:27 WIB
Arief Junianto
Pura Widya Dharma Gelar Upacara Piodalan Ilustrasi piodalan - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pura Widya Dharma yang berlokasi di Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman menggelar Upacara Piodalan, Rabu (11/12) malam. Salah satu ritual penting dalam upacara tersebut adalah ditampilkannya tari topeng Sidakarya yang dimainkan oleh orang pilihan dan memiliki tingkat kerohanian yang tinggi di kalangan umat Hindu.

Pemain Topeng di Upacara Piodalan Pura Widya Dharma Profesor I Wayan Dana menjelaskan topeng Sidakarya muncul dari legenda antara Raja Bali dengan Pendeta Keling dalam upacara besar di Pura Besakih. Di mana Pendeta Keling sempat diusir dari upacara, kemudian mengutuk pelaksanaan upacara, sampai akhirnya Raja Bali meminta maaf dan menjadikannya sebagai saudara

Advertisement

"Singkat cerita, supaya upacara bisa diselesaikan Raja Bali mengangkat Pendeta Keling sebagai saudara dan diberikan tahta dalem sidakarya, dimaknai supaya upacara selesai sempurna, itu simbol topeng Sidakarya," kata dia dalam rilisnya, Kamis (12/12/2019).

Ia menambahkan adanya tarian topeng Sidakarya membawa pesan tentang kesabaran. Di mana setiap umat tidak diperbolehkan memiliki sikap atau perasaan marah, emosi dan saling membenci ketika mengikuti upacara suci.

"Ketika melaksanakan [upacara] jangan ada emosi, tidak boleh marah-marah, apalagi bertengkar, upacara suci seperti piodalan semua harus damai, sejahtera supaya rahayu itu nilai kehadiran topeng Sidakarya," kata Dosen Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja tersebut.

Wayan menambahkan tari topeng Sidakarya hanya ditampilkan saat upacara besar. Jika dalam upacara besar tidak dapat menghadirkan topeng sidakarya maka diganti dengan ubarampe lain seperti sesaji, beras dan air suci Sidakarya. “Topeng ini memiliki visual dengan bentuk mata sipit, mulut menganga yang menggambarkan orang sedang konsentrasi melihat sesuatu yang jauh,” ujar dia.

Tidak sembarang orang, kata dia, boleh memainkan tarian topeng Sidakarya ini dalam suatu upacara besar umat Hindu. Selain harus dewasa, orang tersebut telah melalui proses upacara pembersihan baik secara fisik maupun mental atau dikenal dengan mowinten.

Pasalnya topeng Sidakarya bukan sekadar tarian biasa tetapi harus disertai dengan doa baik diucapkan secara langsung di hadapan umat yang mengikuti sembahyang maupun secara batin.

"Bagaimana dia [penari topeng Sidakarya] berdoa menghadap ke timur, selatan, barat, utara itu harus bisa. Selain [orang] pilihan tetapi juga tertentu, tidak sembarang orang, sehingga disebut Ki Dalang Topeng, selain secara teknis bisa memainkan, secara tingkat kerohanian juga harus tinggi," ujarnya.

Ketua Pengelola Pura Widya Dharma I Wayan Gundana menjelaskan Hari Raya Piodalan Pura Widya Dharma diperingati setiap enam bulan sekali yang jatuh pada Rabu Kliwon. Upacara itu sekaligus dengan pelaksanaan Hari Raya Pager Wesi untuk meningkatkan kerohanian atau bagi umat.

Upacara itu dihadiri oleh seluruh umat di Pura tersebut, mulai dari anak hingga dewasa. "Makna dari upacara ini adalah sebagai persembahan kepada Tuhan, wujud terima kasih kepada Tuhan yang telah memberi berbagai anugerah keselamatan kesehatan bagi umat," katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Dilanda Hujan Hari Ini

News
| Rabu, 24 April 2024, 08:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement