Advertisement
Museum Harus Adaptasi Protokol Kesehatan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Seiring kembali menggeliatnya aktivitas masyarakat, banyak tempat wisata telah kembali buka, termasuk museum. Untuk mengantisipasi terjadinya penularan covid-19 dari aktivitas kunjungan museum, setiap museum wajib menerapkan protokol kesehatan.
Ketua Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, Ki Bambang Widodo, menjelaskan setiap museum wajib menerapkan protokol Kesehatan sesuai SOP adaptasi kebiasaan baru yang telah disepakati bersama, baik dari sisi pengelola, petugas, pengunjung dan fasilitas yang menunjang.
Advertisement
BACA JUGA : Diprotes Warga Kauman Jogja karena Pasang Ucapan Selamat
Ia mencontohkan untuk pekerja museum, tidak boleh masuk kerja jika menunjukkan gejala demam, nyeri tenggorokan, batuk, pilek dan sesak nafas. “Wajib mengingatkan sesame individu untuk mematuhi protokol Kesehatan,” ujarnya, dalam diskusi Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru Bagi Museum DIY, di kompleks Museum Benteng Vredeburg, akhir Oktober lalu.
Selain wajib menggunakan masker untuk dirinya sendiri, pekerja museum juga wajib memastikan setiap pengunjung menggunakan masker, mengecek suhu tubuh serta mengingatkan untuk cuci tangan pakai sabun di tempat yang telah disesiakan.
Untuk pelayanan dan kunjungan, pengunjung di bawah tujuh tahun wajib didampingi keluarga, rombongan lebih dari 10 orang wajib mendaftar atau memberi tahu sebelum jadwal kunjungan, serta mencegah terjadinya kerumunan dengan mengatur arus masuk dan keluar yang berbeda.
Pada koleksi, hanya boleh dibersihkan oleh konservator sehingga tidak menimbulkan kerusakan. Sebisa mungkin mengurangi interaksi pengunjung dengan alat peraga, monitor atau audio portable. “Membersihkan permukaan yang sering disentuh pengunjung,” katanya.
BACA JUGA : Di Tengah Pandemi, Museum Dituntut Beradaptasi dengan
Ketua Tim Kajian Panduan Operasional Adaptasi Kebiasaan Baru Museum DIY, Inayati Adrisijanti, mengatakan desifenktan pada koleksi harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kerusakan. “Jangan sampai berpengaruh buruk pada koleksi karena bersifat koresif,” ujarnya.
Menurutnya, sama seperti kulit manusia yang tidak bisa sembarang menerima cairan desinfektan sehingga komposisinya harus diatur, begitu pula pada benda-benda koleksi museum. Maka harus dilakukan penelitian tentang hal ini agar koleksi tetap aman dari kerusakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Baznas Kota Jogja Luncrukan Madrasah Al-Quran bagi Difabel Tuna Netra
- Disnakertrans DIY Mengklaim Kepatuhan Perusahaan Bayar THR Meningkat
- Dinkes DIY Mewaspadai Sebaran Flu Singapura
- Penganiaya Penjual Bakwan Kawi di Gowongan Akhirnya Dilepas, Ini Penyebabnya
- Jelang Pilkada, KPU Jogja Siapkan Badan Adhoc dan Buka Konsultasi untuk Paslon Independen
Advertisement
Advertisement