Musim Hujan Tiba Lebih Awal di DIY, Ini Perkiraan BMKG
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi awal musim hujan akan tiba di DIY pada pekan ketiga Oktober. Masyarakat diminta mewaspadai cuaca ekstrem.
Kepala Staklim BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan beberapa wilayah memasuki awal musim hujan lebih awal dari prediksi sebelumnya. “Kami prediksi musim hujan di sekitar Gunungkidul yang awalnya November menjadi Oktober,” ujarnya, Rabu (13/10/2021).
Advertisement
BACA JUGA: Puluhan Warga Sleman Desak 7 Calon Lurah yang Dianulir Tetap Ikut Pilur
Karena awal musim hujan yang maju, otomatis kondisinya lebih basah. Situasi ini perlu dicermati oleh petani sehingga tidak terjadi keterlambatan masa tanam dan kemudian untuk masa panen pun bisa sesuai yang diharapkan. Kondisi ini begitu berbeda dari 2019 saat rata-rata wilayah di DIY baru memasuki musim hujan pada Desember.
Sementara pada 2020 kondisinya relatif normal dengan tidak ada prediksi yang maju atau mundur signifikan. Pada 2021-2022 ini, puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari 2022. “Masih tahun awal-awal. Namun terjadinya cuaca ekstrem pada pancaroba pun bisa terjadi,” ujarnya.
Cuaca ekstrem yang meliputi hujan deras disertai angin kencang dan petir bisa terjadi baik pada masa pancaroba, awal musim hujan dan puncak musim hujan. Ia mengatakan hujan es juga merupakan salah satu dari gejala cuaca ekstrem tersebut. Meski demikian, hujan es di daerah tropis selama ini dinilai belum membahayakan dan malah dianggap fenomena unik oleh masyarakat.
“Ya memang mengakibatkan ada bola kristal es, tapi tidak sampai memecahkan kaca mobil, jendela. Selama ini di wilayah kita tidak sampai seperti itu karena diameter esnya masih kecil. Kecuali kalau di Barat, subtropis, di sana kritsal esnya besar sehingga bisa merusak,” ungkapnya.
BACA JUGA: Selamat! 2 Atlet Gunungkidul Menyumbang Medali Perak untuk Kontingen DIY di PON 2020
Meski pada tahun ini kondisi iklim netral, sampai akhir tahun dan awal tahun depan ada kemungkinan terjadi La Nina dengan kategori lemah. Fenomena ini berdampak pada penambahan intensitas hujan. “Kalau La Nina terjadi di puncak musim hujan, Januari atau Februari, berarti intensitas hujan akan terjadi lebih dari biasanya,” katanya.
Bibit Siklon saat ini juga teramati ada beberapa namun belum terlalu signifikan berdampak di wilayah Indonesia. “Biasanya di masa oktober sudah mulai muncul, di Australia,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
Advertisement
Advertisement