Advertisement
Petani Gunungkidul Meninggal Dunia Setelah Terinfeksi Leptospirosis

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Dinas Kesehatan Gunungkidul mencatat hingga pertengahan Januari sudah ada dua kasus penyakit leptospirosis. Dua pasien ini adalah petani dan salah satunya dinyatakan meninggal dunia.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Zoonosis, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Musiyanto mengatakan, meski baru awal tahun, namun sudah menemukan kasus leptospirosis. Data sementara ada dua kasus dengan lokasi wilayah di Kapanewon Wonsari dan Saptosari.
Advertisement
“Keduanya petani dan salah satunya meninggal dunia karena leptospirosis. Untuk kasus tercatat pada 9 dan 12 Januari lalu,” katanya, Senin (17/1/2022).
Musiyanto menjelaskan, kasus leptospirosis di Gunungkidul masih naik turun. Kasus tertinggi terjadi pada 2017 dengan jumlah 64 kasus dengan korban meninggal dunia 16 orang. Sedangkan di 2021 lalu, terdapat 17 kasus dengan jumlah warga meninggal dunia empat orang.
BACA JUGA: Diangkat dari Wattpad, Ini Sinopsis Bukan Cinderella yang Dibintangi Fuji
Memasuki musim penghujan, ada kecenderungan kenaikan kasus. Hal ini terlihat pada November 2021 yang mencatatkan tiga kasus, kemudian di Desember terdapat tujuh kasus.
“Dalam dua bulan ini ada sepuluh kasus. Sedangkan sisanya tujuh kasus terjadi rentang waktu dari Januari sampai Oktober,” ujarnya.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebarkan oleh hewan, salah satunya air kecing tikus. Potensi penyebaran akan semakin besar apabila seseorang memiliki luka di tubuh, khususnya bagian tangan dan kaki. Pasalnya, bakteri tersebut dapat masuk dan berkembang di kulit yang mengalami luka terbuka. “Memang harus diwaspadai,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, penyebaran leptospirosis harus diwaspadai. Hal ini dikarenakan penyebaran tidak hanya di wilayah yang basah atau di area pertanian.
Menurut dia, potensi penyebaran juga erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Dewi pun mengimbau kepada masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan cuci tangan menggunakan sabun. “Kita akan terus sosialisasikan ke masyarakat akan pentingnya penerapan pola hidup bersih sehat,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi mengatakan, ancaman penyakit leptospriosis salah satunya di sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari keberadaan tikus-tikus yang menjadi sumber penyakit menyerang area pertanian.
Ia pun berharap kepada para petani selalu waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di sawah. Selain itu, sambung Rismiyadi, untuk penanggulangan dengan pengendalian hama tikus bersama-sama warga dan petugas dari provinsi.
“Berbagai upaya terus kami lakukan untuk pencegahan karena hama tikus juga bisa menganggu produktivitas pertanian,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Presiden Prabowo dan Pangeran MBS Serukan Global Lakukan Aksi Nyata untuk Perdamaian Dunia
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Resmi Dibuka, Jasamarga Pastikan Telah Mengantongi Sertifikat Laik Operasi
- Lowongan Kerja PMI DIY: Ini Formasi dan Syarat Pendaftarannya
- Kemarau Basah Bikin Jasa Pengiriman Air di Gunungkidul Sepi Orderan
- Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Masih Gratis, PT JMJ Tunggu Keputusan Menteri PU Soal Tarif
- Mbah Tupon Jadi Turut Tergugat, Kuasa Hukum Penggugat Ingin Duduk Bersama Selesaikan Perbuatan Melawan Hukum
Advertisement
Advertisement