Advertisement

Promo November

Dengan Mangrove, Komunitas Akar Napas Ajak Warga Cegah Abrasi

Lajeng Padmaratri
Minggu, 13 Februari 2022 - 21:17 WIB
Arief Junianto
Dengan Mangrove, Komunitas Akar Napas Ajak Warga Cegah Abrasi Sejumlah anggota Komunitas Akar Napas bercengkerama saat menanam mangrove. - Instagram @akarnapas

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Kesadaran untuk melestarikan mangrove di kawasan pesisir terus diupayakan oleh Komunitas Akar Napas. Tak hanya mencegah abrasi, mangrove juga memiliki banyak manfaat lain.

Prihatin dengan kondisi kawasan mangrove di pesisir Bantul yang rusak, sejumlah anak muda tergerak untuk mengupayakan kegiatan konservasi. Di samping merehabilitasi mangrove, mereka juga menyosialisasikan pentingnya mangrove ke komunitas yang lain.

Advertisement

Meski baru dibentuk pada 4 September 2021, para anggota Akar Napas sudah melakukan riset mengenai budi daya dan penanaman mangrove sejak lama. Kini, mereka aktif menanam mangrove setiap Minggu di kawasan mangrove, Baros, Kalurahan Tirtohargo, Kapanewon Kretek, Bantul.

Salah satu pengurus Akar Napas, Bella menuturkan sebagian anggota merupakan mahasiswa Agroteknologi di Universitas Mercubuana Yogyakarta yang sudah meneliti mangrove sejak kuliah. Begitu lulus, mereka membentuk wadah berkegiatan sendiri di Baros.

"Karena basis kami memang di pergerakan lingkungan ya. Kami melihat kerusakan di Baros dan mangrove di sana itu butuh penanggulangan, tapi belum ada. Jadi kami mencoba membuat program konservasi di sana," ujar Bella kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

Di Baros, saat ini ada lima jenis tumbuhan mangrove yang ditanam. Meliputi Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, Avicennia, dan jenis nipah.

Tak hanya berfungsi sebagai penahan abrasi, mangrove juga bisa menjaga garis pantai agar tetap stabil. Daunnya yang banyak juga membuat mangrove bisa menyerap karbon.

"Dari sebuah riset, mangrove itu kan penyerapan emisi karbonnya empat sampai lima kali lebih besar daripada hutan-hutan tanaman biasa," ungkap Bella.

Manfaatnya yang begitu banyak, tak hanya untuk pantai, tetapi juga lingkungan sekitar membuat Akar Napas terus berupaya mengampanyekan pentingnya menanam mangrove. Kini, mereka membuka diri terhadap komunitas lain yang ingin menanam mangrove bersama.

"Setiap minggu kami punya kegiatan penanaman mangrove untuk umum. Kami sebar flyer, siapapun yang mau menanam bisa bergabung," ujarnya.

Komunitas Akar Napas juga melakukan pendampingan kepada komunitas atau organisasi yang tertarik dengan mangrove. Jika ada yang tertarik untuk belajar, mereka akan memfasilitasi dengan memberikan materi mengenai mangrove.

Tak Cuma Menanam

Didominasi komunitas mahasiswa dan anak muda yang turut bergabung, penanaman mangrove bersama Akar Napas terus berlangsung. Namun, Bella menegaskan bahwa menanam saja tak cukup. Mangrove yang sudah ditanam perlu dipantau agar pertumbuhannya baik dan tidak terganggu.

"Sebelum penanaman, kami sharing tentang pentingnya monitoring. Ini wajib karena menanam itu mudah ya, tapi memastikan tanaman itu bisa tetap hidup itu ya dengan monitoring. Akhirnya, selama ini teman-teman yang datang enggak cuma menanam, besoknya balik lagi melihat tanamannya," tuturnya.

Sebelum ditanam ke pesisir, kata dia, bibit mangrove dirawat terlebih dahulu sampai siap tanam. Menariknya, Komunitas Akar Napas juga mengajak publik untuk merawat bibit mangrove di rumah masing-masing. Program tersebut yaitu adopsi mangrove.

"Adopsi mangrove ini salah satu metode kami melestarikan mangrove. Bagi yang tertarik, nanti kami berikan bibit mangrove yang masih kecil dari Baros, lalu dirawat di rumah masing-masing sampai berusia sekitar 6-9 bulan. Setelah itu bisa dikembalikan lagi ke Baros untuk dilepas," ucap Bella.

Program tersebut gratis dan terbuka bagi siapa saja. Melalui kegiatan adopsi ini, Akar Napas ingin lebih banyak orang yang peduli dengan mangrove dan berkontribusi terhadap konservasi.

Bella menjelaskan bahwa pembibitan mangrove bisa dilakukan di kota, tak harus di pesisir. Namun, lingkungannya tetap sebisa mungkin disesuaikan. Konsekuensinya, lama pembibitan akan lebih lama dibandingkan di pesisir yang hanya selama 4-5 bulan.

"Memang harus lebih bersabar kalau pembibitan di kota. Lumayan banyak yang tertarik program adopsi ini meskipun belum digalakkan. Bahkan sudah ada yang mengembalikan mangrove-nya ke Baros untuk dilepas," ujarnya.

Meski masih beranggotakan sepuluh anak muda, tetapi Komunitas Akar Napas bisa terus aktif melakukan upaya pelestarian mangrove. Mereka berharap semakin banyak masyarakat yang peduli mengenai mangrove dan bisa berkontribusi.

"Kalau ada teman-teman yang tertarik dengan penanaman mangrove bisa langsung datang ikut kegiatan tanam. Soalnya masih banyak yang belum tahu soal mangrove, bahkan warga Bantul sendiri belum tahu kalau di Baros ada konservasi mangrove. Jadi saat ini pengin mengampanyekan lebih masif lagi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement