Advertisement

Pedagang Teras Malioboro Mengeluh Sepi Pembeli, Kadang Barang Tak Ada yang Laku

Anisatul Umah
Senin, 25 April 2022 - 19:47 WIB
Bhekti Suryani
Pedagang Teras Malioboro Mengeluh Sepi Pembeli, Kadang Barang Tak Ada yang Laku Suasana Teras Malioboro 1, Jogja, Sabtu (19/2/2022) malam - Harian Jogja/Sirojul Khafid.\\r\\n

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Sudah hampir tiga bulan sejak 1 Februari 2022, pedagang kaki lima (PKL) direlokasi ke Teras Malioboro 1 dan 2. Pedagang mengeluh sejak dipindah, penjualan turun drastis, bahkan kadang dalam satu hari tidak laku sama sekali.

Hal tersebut dikeluhkan oleh Budiyanti (55) salah satu pedagang pakaian. Dia bercerita sebelum direkolasi jualan menjelang lebaran seperti saat ini cukup ramai. Kini dia hanya mampu menjual satu hingga dua baju saja dalam sehari. Bahkan kadang tidak laku sama sekali.

Advertisement

BACA JUGA:  Simak! Ini Barang Paling Laris saat Ramadan-Lebaran versi Tokopedia

"Selama saya dipindah di sini, tiga bulan itu sepi, mending di bawah daripada di sini. Di terasan itu malah rame. Kadang nggak laku, padahal kita butuh makan, bayar listrik , bayar air," keluhnya kepada Harian Jogja saat ditemui di lapaknya, Senin (25/4/2022).

Menurutnya lokasi yang disediakan pemerintah memang bagus, pedagang tidak kepanasan dan kehujanan, namun sayangnya tidak seramai berjualan di lokasi sebelumnya. Apalagi menjelang lebaran, Yanti sapaan akrabnya mengeluh pemasukannya yang kurang.

BACA JUGA: Sultan Memprediksi Pemudik Tahun Ini Bawa Lebih Banyak Uang

"Di bawah kan lumayan kalau mau Lebaran dompet ada isinya, sekarang isinya cuma KTP. Dibandingkan di bawah turunnya banyak," paparnya sambil tertawa.

Saat masih berjualan di bawah menurutnya dalam sehari bisa mendapatkan Rp500.000 - Rp600.000 kotor. Tapi hari ini dia baru menjual satu baju seharga Rp25.000 sampai jam 12.00 siang.

"Namanya juga usaha siapa tahu daripada di rumah. Ya dulu [saat Lebaran] dompet ada uangnya, ada isinya, sekarang belum ada. Cuma cari buat makan," tuturnya.

Lebih lanjut dia bercerita, saat berjualan di bawah dalam sebulan setidaknya dia harus mengeluarkan Rp1 juta. Di antaranya untuk biaya listrik Rp150.000, pendorong gerobak Rp600.000, ongkos penitipan Rp150.000 dan biaya lainnya seperti parkir dan toilet. Karena ramai, membayar Rp1 juta menurutnya tidak berat.

"Di sini namanya babat alas, mudah-mudahan pas libur ramai. Sering [gak laku sama sekali] itu Enggak cuma saya sendiri banyak temennya," ucapnya.

Keluhan yang sama disampaikan oleh Rubiyanti (50) pedagang bakpia. Menurutnya sebelum direlokasi, jualan di bawah ramai. Lokasinya yang strategis membuat pembeli lebih mudah mengakses. Semetara untuk lokasi baru ini cukup jauh.

"Kalau di bawah kan dulu orang mau oleh-oleh langsung. Di sini kan enggak, parkirnya juga susah, jauh ke sini jalan panas, masih naik lagi," ucapnya.

Penurunan penjualan dia sebut bahkan sampai 50%. Dari biasanya bisa jualan empat keranjang, saat ini laku satu keranjang sudah lumayan menurutnya.

BACA JUGA:  Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Asteroid Berbahaya Berukuran Raksasa Mendekati Bumi Pekan Depan

News
| Jum'at, 09 Juni 2023, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Unik, Negara Ini Punya Pulau Kucing, Jumlah Anabul Lebih Banyak dari Manusia

Wisata
| Jum'at, 09 Juni 2023, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement