Advertisement

Mengenal Lebih Dekat Bagong Soebardjo, Pendongeng sekaligus Pembentuk Karakter Anak

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 18 Juni 2022 - 08:07 WIB
Arief Junianto
Mengenal Lebih Dekat Bagong Soebardjo, Pendongeng sekaligus Pembentuk Karakter Anak Bagong Soebardjo bersama wayang kartun yang jadi temannya kala pentas mendongeng. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Dari dongeng, Bagong Soebardjo percaya karakter anak-anak bisa dibentuk. Oleh karena itu, dia menyuguhkan beragam dongeng pembaruan yang sesuai dengan era anak masa kini.

Di usianya yang tak lagi muda, Bagong Soebardjo, masih mendongeng hingga kini. Kegiatan itu sudah dimulai pria Jogja ini sejak 43 tahun yang lalu. Dongeng yang ia bawakan disampaikan lewat media wayang.

Advertisement

Sosok kakeknya lah yang berperan besar dalam kegiatan mendongeng yang Bagong lakoni. Semasa kecil, dia sering didongengi simbahnya itu karena rumah mereka berdekatan.

BACA JUGA: Antisipasi Varian Baru Omicron, Pemkot Jogja Kebut Cakupan Vaksinasi Booster

Ketika sang kakek tidak menyampaikan dongeng, maka ia akan mencari-cari kakeknya dan meminta didongengi dengan senang hati.

Memori itu terbawa hingga dewasa sehingga dongeng begitu melekat dalam hidupnya. Berbagai cerita dongeng pun ia hafal di luar kepala.

Lambat-laun, mendongeng menjadi kegiatannya sehari-hari dan tida bisa ia lepaskan sampai sekarang.

Pada 1979, ia mulai mendongeng dengan media wayang kartun dari karton dan barang bekas yang mudah ia temui di sekitarnya, seperti botol bekas dan koran.

"Dari mendongeng, iseng-iseng membuat wayang kartun, itu saya cocokkan dengan cerita-cerita rakyat. Sejak itu saya selalu pakai wayang, mungkin sudah ada ratusan wayang yang saya buat," kata pria berumur 66 tahun itu ketika ditemui Harian Jogja, Senin (13/6).

Selama puluhan tahun dia tampil dari panggung ke panggung sebagai dalang autodidak. Beragam dongeng dari cerita rakyat yang dikreasi kembali ia bawakan ke penonton. Salah satu dongeng yang sering ia bawakan ialah cerita Timun Mas.

Meski begitu, Bagong menyebut cerita dongeng yang ia bawakan merupakan dongeng pembaruan. Dia tak ingin terpatok pada cerita rakyat yang sudah ada dan memilih memodifikasi jalan ceritanya sehingga bisa lebih diterima anak-anak masa kini.

Bagi ayah empat orang anak ini, dongeng merupakan bagian penting untuk mengiringi perkembangan anak. Oleh karena itu, konten yang dibawakan harus memuat ajaran luhur dan bernilai positif.

Dia pun sering mengubah jalan cerita rakyat yang sudah ia kenal sejak kecil dengan alur cerita yang berbeda.

"Misalnya, Kancil terkenal suka mencuri timun atau membohongi Macan, itu saya ubah. Saya membuat tokoh Kancil sebagai hewan yang cerdik dengan jalan cerita yang lebih positif agar tidak mempengaruhi anak-anak," terangnya.

Bagong selalu resah dengan konten dongeng yang menyuguhkan hal-hal negatif, seperti perilaku mencuri dan suka mengelabui. Dia khawatir anak-anak yang menikmati dongeng itu bisa terpengaruh dan meniru perbuatan buruk yang tokoh lakukan.

BACA JUGA: Kunjungi Kraton, Presiden Jerman Kagum dengan Lawung Ageng

Untuk itu, banyak dongeng yang ia dikreasikan kembali agar perilaku tokohnya mengarah ke hal-hal yang baik.

"Selain itu, dongeng juga perlu masuk akal bagi anak-anak sekarang. Misalnya, cerita Timun Mas soal melempar jarum lalu jadi ladang bambu itu kan buat anak-anak sekarang bisa jadi kurang bisa dipahami ya, maka saya buat cerita itu perlu disesuaikan," imbuhnya.

Kendati demikian, dia mengakui jika masih banyak yang menganggap langkahnya keluar dari jalur dongeng. Walau begitu, Bagong masih teguh dalam pendiriannya untuk menyuguhkan cerita yang menarik untuk anak-anak.

Bagong Soebardjo saat tampil mendongeng./Instagram @bagongsoebardjo

Bikin Sanggar

Tak hanya pentas di dalam negeri, dongeng dan wayang kartun itu pernah membawanya keluar negeri. Pada 2018, dia menjadi keynote speaker di sebuah konferensi di Australia. Setahun berikutnya, ia tampil di Singapura berkolaborasi dengan puppeter lain.

Sekitar dua dekade lalu, wayang kartun karyanya dilirik Arswendo Atmowiloto untuk dijadikan film. Dongeng itu ia beri judul Bajra Bagaskara dan ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta.

Tak hanya tampil mendongeng, Bagong sering diminta memberikan workshop dongeng. Dia mendirikan Sanggar Wayang Dongeng sebagai wadah untuk mengajari masyarakat tentang cara mendongeng hingga membuat wayang dongeng.

"Berbagai kalangan, mulai dari anak sekolah dasar, mahasiswa yang penelitian, sampai para guru. Mereka ingin tahu gimana caranya mengemas suatu dongeng menjadi menarik, sekaligus praktik membuat wayang dongeng," kata Bagong.

Kendati ingin punya sanggar yang memadai, namun Bagong mengakui jika rumahnya tidak memiliki ruang yang cukup luas untuk lokasi belajar dongeng. Sebab selama ini ia berpindah-pindah kontrakan untuk hidup sekaligus lokasi sanggar.

"Total 18 kali pindah kontrakan. Mungkin itu juga yang membuat sanggar saya tidak berkembang, sebab setiap beberapa tahun sekali pindah lokasi," kata Bagong.

Kini, dia tengah mempersiapkan sanggarnya di Kampung Literasi Pakem agar lebih siap menerima murid untuk belajar di Sanggar Wayang Dongeng. Selain ruang untuk workshop, dia juga akan membuat set panggung untuk ia gunakan pentas secara daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement