Advertisement

Mengenal Bantul Seroja, Inovasi Pemkab yang Masuk Top 45 Kompetisi Kemenpan-RB

Ujang Hasanudin
Jum'at, 05 Agustus 2022 - 11:27 WIB
Arief Junianto
Mengenal Bantul Seroja, Inovasi Pemkab yang Masuk Top 45 Kompetisi Kemenpan-RB Ilustrasi para pedagang jamu tradisional Kiringan, Jetis, Bantul. - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL — Inovasi Pemkab Bantul, Bantul Sehat Ekonomi karo Jamu (Seroja) masuk ke dalam Top 45 ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2022 yang digelar oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan Bantul Seroja hadir di masa pandemi Covid-19 tidak hanya untuk sektor kesehatan tetapi juga ekonomi karena ramuan jamu yang di produksi dari kelompok wanita tani di perdukuhan menjadi minuman kesehatan meningkatkan pendapatan sebesar 108,3% pada 2021.

Advertisement

“Jumlah pengusaha jamu juga meningkat. Pada 2020 jumlahnya 244 orang, lalu meningkat menjadi 444 orang atau meningkat 81,9 persen,” kata Halim, Kamis (4/8/2022).

BACA JUGA: Warga Hilang Tersapu Ombak di Muara Opak

Selain masalah pandemi, kata Halim, masalah stunting yang merupakan masalah prioritas nasional juga menjadi fokus utama Pemkab Bantul. Itulah sebabnya, Bantul Seroja menjadi salah satu upaya penanganan stunting di Bantul.

“Melalui pelayanan kesehatan tradisional pijat tumbuh kembang bayi dan balita ditambah dengan pemberian ramuan jamu untuk balita menjadi layanan yang dikembangkan di puskesmas,” ujarnya.

Lebih lanjut konsep kebaruan inovasi Bantul Seroja yaitu, pertama integrasi pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan konvesional di puskesmas.

Kedua Pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris dengan meningkatkan diversifikasi produk jamu, baik dari sisi bentuk produk jamu yang terus berkembang variasinya, maupun dari sisi manfaat atau khasiat produk jamu yang terus ditingkatkan.

Selanjutnya pengembangan dimulai dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di lima puskesmas dan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris melalui pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan dusun asuhan mandiri kesehatan tradisional.

Halim memastikan bahwa seluruh jamu yang digunakan di puskesmas sudah tersertifikasi dan mendapatkan rekomendasi dari BPOM. Selain itu juga telah disahkan oleh Kementerian Kesehatan.

Menurutnya, penggunaan jamu tradisional sebagai obat ini sudah dijalankan sejak 2020 lalu dan puskesmas yang menggunakannya juga selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Jamu radisional sebagai obat pendamping obat kimia bentuknya bervariasi. “Bentuknya jamu dulu itu cair, diseduh dan diminum. Nah, saat ini jamu bisa berupa kapsul, bubuk, selai bahkan lulur masker. Ini contoh-contoh disertifikasi penggunaan tanaman obat-obatan atau toga dan itu disahkan oleh BPOM dan teruji klinis,” katanya.

Dengan diterapkan jamu-jamu tersebut, kata Halim, dari sisi kesehatan maka penggunaan obat-obatan kimiawi yang berefek jangka panjang dapat dikurangi dengan jamu yang efek sampingnya minimal. Namun demikian, penggunaan jamu untuk layanan kesehatan di Puskesmas bukanlah hal yang utama. Halim menyebut untuk saat ini penggunaan jamu hanya sebagai pelengkap.

“Dokter melakukan analisa, kalau bisa ditembak dengan jamu tradisional ya pakai Jamu. Tapi kalau tidak ya masih dua-dua nya. Jadi jamu sebagai pelengkap bukan pengganti,” ujar Halim. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja
Jual Miras, Toko di Berbah Ditutup

Jual Miras, Toko di Berbah Ditutup

Jogjapolitan | 8 hours ago

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Konflik Israel di Gaza, China Serukan Gencatan Senjata

News
| Selasa, 16 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement