Advertisement
Terkait Usulan Jalur Mandiri PTN Dihapus, Ini Kata UGM dan UNY
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kasus suap yang menyeret Rektor Universitas Lampung (Unila) memunculkan wacana Penerimaan Mahasiswa Jalur Mandiri dihapus. Menanggapi hal ini, dua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jogja, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkat bicara.
Kepada Harian Jogja Rektor UGM, Ova Emilia menyampaikan pandangannya terkait kasus ini. Menurutnya satu hal yang disebabkan karena kesalahan operasional, bukan berarti kebijakan yang sudah berjalan menjadi keliru.
Advertisement
"Sifatnya masih umum ya, pada saat implementasi ada diskresi dari masing-masing PTN," ungkapnya, Jumat, (26/8/2022).
Sebagai institusi yang melakukan pelayanan publik, akuntabilitas dan transparansi perlu ditingkatkan. Artinya bukan serta merta menghapus kebijakan. Tapi bagaimana agar tata cara dari pelaksanaannya menjadi akuntabel dan transparan.
Menurutnya, Penerimaan Mahasiswa Jalur Mandiri memiliki banyak manfaat. Memberikan kesempatan pada orang-orang khususnya dari kemitraan daerah. Karena untuk bisa masuk ke PTN besar seperti UGM akan sulit bagi orang-orang yang berasal dari wilayah pendidikan dengan infrastruktur kurang memadai seperti Papua, NTT, dan lainnya.
"Sulit bersaing dengan orang-orang yang dari sekolah di Jawa dan ini memang salah satu dari diskresi yang diberikan perguruan tinggi untuk bisa berkontribusi pada hal ini," jelasnya.
Kemudian mengenai sumbangan sukarela Penerimaan Mahasiswa Jalur Mandiri, saat ini sudah dilakukan dengan cara formal. Sehingga lebih transparan dan diketahui publik. Baginya ini lebih baik daripada tidak dicantumkan secara formal, namun ada informalnya.
"Daripada ada tapi informal, lebih baik kami formal. Di UGM benar-benar volunteer. Kami minta kami tawarkan tidak ada hubungannya dengan penerimaan," tegasnya.
Kepala Kantor Layanan Admisi UNY, Setya Raharja, juga angkat bicara mengenai kasus ini. Dia menyebut segala sesuatunya harus dikaji secara mendalam, bukan malah dipukul rata karena ada satu kasus.
BACA JUGA: Dulu Diragukan, GeNose C19 UGM Kini Berkembang untuk Deteksi Penyakit Lain
"Ibarat membasmi tikus yang dihancurkan jangan rumahnya, tetapi tikusnya," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan jika sistem, pengawasan, dan sumber daya manusianya terkontrol, maka kasus seperti di Unila tidak akan terjadi. "Itu yang mestinya dicegah atau dibasmi," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Muncul Aksi Unjuk Rasa di Kantor KPU DIY
- Danais Kembali Dikucurkan untuk Mendukung Program Becak Listrik di 2024
- Heroe Poerwadi Kumpulkan Berkas Pendaftaran Cawali ke DPD Golkar Kota Jogja
- Kereta Api Terlambat, Daops 6 Yogyakarta Minta Maaf
- PENINGKATAN KAPASITAS SDM WISATA: Dispar DIY Gelar Pelatihan Penyelenggaraan Event
Advertisement
Advertisement