Advertisement

Promo November

Minta Jangan Ada Kekerasan Fisik di Jogja, Sultan: Mbok Pun Penggalih

Sunartono
Rabu, 31 Agustus 2022 - 14:47 WIB
Bhekti Suryani
Minta Jangan Ada Kekerasan Fisik di Jogja, Sultan: Mbok Pun Penggalih Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan sapa aruh di Bangsal Kepatihan, Rabu (31/8/2022). - Harian Jogja/Sunartono.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Gubernur DIY Sri Sultan HB X meminta masyarakat DIY agar tidak menggunakan kekerasan fisik dalam setiap penyelesaian persoalan sosial. Hal itu disampaikan Sultan dalam Sapa Aruh peringatan satu dasawarsa keistimewaan DIY di Bangsal Kepatihan, Rabu (31/8/2022).

Sultan menilai terkait kondisi keamanan DIY relatif berjalan baik . Akan tetapi ia tidak menampik bahwa ada beberapa persoalan sosial kemasyarakatan seperti konflik berujung kekerasan fisik yang mungkin juga terjadi di daerah lain. Oleh karena itu Sultan meminta agar masyarakat menghindari kekerasan fisik.

Advertisement

"Bangunlah orang-orang yang di Jogja ini beradab, bisa memberikan maaf kalau memang hal itu mesti harus dilakukan. Tidak semua penyelesaian dengan kekerasan fisik," kata Sultan di sela-sela Sapa Aruh, Rabu (31/8/2022).

BACA JUGA: Sultan HB X Sampaikan Sapa Aruh Satu Dasarwarsa Keistimewaan DIY, Ini Isi Lengkapnya

Sultan menambahkan orang beradab punya unggah ungguh dan batasan dalam rasa bukan pikiran. Menurutnya pikiran bisa berbohong dan kejam, namun ketika rasa lebih pada empati pada seseorang. Sehingga penggunaan rasa menjadi sesuatu yang penting di tengah masyarakat. Hal ini bisa ditumbuhkan melalui pendekatan budaya yang selalu mengedepankan aspek rasa.

"Kita orang di Jogja ini lebih banyak pertimbangan roso, selalu mengatakan mbok pun penggalih [tidak usah dipikirkan atau dibalas] ora Ono sing omong, mbok pun pikir. Artinya apa? Itu yang bisa kita rasakan untuk bisa saling menjaga," katanya.

Akan tetapi sebagai Gubernur DIY sekaligus Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sultan hanya bisa berharap dan meminta yang selalu diutarakan. Akan tetapi jika warga tidak mau berubah bahwa kekerasan itu adalah model untuk penyelesaian masalah, maka pemerintah tak bisa berbuat banyak. Pada akhirnya hanya bisa menyampaikan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan tersebut.

"Kita menginjak kaki orang lain itu pasti terasa sakit, untuk tidak sakit ya jangan menginjak," ujarnya.

Sultan mengingatkan konflik kekerasan itu merugikan banyak pihak, tidak hanya keluarga korban, namun juga keluarga pelaku. "Kalau yang ditangkap kemudian dipenjara kan orangtuanya pasti sedih. Enggak mungkin tidak akan bersedih. Sehingga segala sesuatu itu jangan apa yang kita pikirkan tetapi apa yang kita rasakan," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat

News
| Sabtu, 23 November 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement