Advertisement

FKY 2022, Desentralisasi dan Meriwayatkan Budaya dalam Arsip

Triyo Handoko
Selasa, 13 September 2022 - 07:47 WIB
Sirojul Khafid
FKY 2022, Desentralisasi dan Meriwayatkan Budaya dalam Arsip Para penari sedang beraksi dalam pembukaan FKY 2022 di Teras Malioboro 1, Jogja, Senin (12/9/2022). - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dibanding hari-hari biasa, Teras Malioboro 1 terlihat lebih ramai pada Senin malam, (12/9/2022). Ribuan orang mengerumuni perempatan yang menjadi simpang pertemuan Jl. Reksobayan, Jl. Pabringan, dan Jl. Malioboro. Panggung terbuka dengan sorotan lampu di sisi kanan dan kiri membuat suasana semakin semarak.

Malam itu Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2022 resmi dibuka. Mengambil tema Mengelola Air dan Tanah, FKY tahun ini hendak meneguhkan konsep pencatatan kebudayaan yang dimulai pada 2021 lalu. Tidak lagi berkonsep panggung terpusat, gelaran FKY tahun ini tersebar di berbagai tempat di seluruh kabupaten/kota se-DIY.

Advertisement

Konsep tersebut tampak dari pembukaan gelaran tahunan ini. Dibuka dengan pertunjukan tari yang dilakukan oleh lima perwakilan lima kabupaten/kota di DIY, yang mengisi seluruh sisi di tiga jalan pada perempatan Teras Malioboro 1. Seolah menjadi simbol bahwa FKY tak terpusat pada satu panggung lagi.

Meskipun tak terpusat, bukan berarti agendanya tak saling terhubung. Ratusan penari malam itu bergantian mengisi setiap sisi Jl. Reksobayan, Jl. Pabringan, dan Jl. Malioboro. Tanda saling bertukar tempat dan berkolaborasi menghidupkan koreografi bersama.

Pada akhir koreo, setiap perwakilan dari kelompok tari bersama-sama menuangkan air pada satu kendi yang sama. Tanda tema FKY 2022 mengambil tema Mengelola Air dan Tanah.

BACA JUGA: Satu Dasawarsa Keistimewaan DIY, Ratusan Kegiatan Sukses Digelar & Beri Manfaat Masyarakat

Pencatatan Kebudayaan Kunci Berdaya

Irfan R Drajat tampak serius di Media Center FKY 2022. Ia adalah Ketua 2 FKY 2022 dan dosen Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi UGM. Pencatatan kebudayaan, jelas Irfan, menjadi kunci pemberdayaan nilai-nilai budaya. “Dengan arsip kebudayaan bisa jadi sumber untuk mengembangkan kebudayaan,” jelasnya.

Di DIY ada banyak festival. Tapi festival yang bertujuan merekam kebudayaan, lanjut Irfan, yang ada di DIY hampir nihil. “Untuk itulah FKY mengambil ceruk kekosongan tersebut,” katanya.

Kebudayaan adalah hal yang dinamis. Tanpa pencatatan yang baik, masing-masing proses kreatif tidak bisa dipelajari dengan baik. “Padahal proses kreatif jadi hal yang penting untuk makin mengembangkan kesenian dan kebudayaan,” sambungnya.

Selain pencatatan, Irfan menyebut FKY 2022 juga hendak mendesentralisasi kebudayaan. “Kebudayaan yang terpusat membuat kita tak dapat melihat aktivitas kebudayaan yang berada di pinggiran, padahal yang di pinggiran bisa jadi menyimpan nilai-nilai lain yang patut diketahui banyak orang,” jelasnya.

Keterpusatan budaya juga membuat kondisi yang tak adil bagi pelaku kebudayaan. Lampu sorot kebudayaan, lanjut Irfan, sudah saatnya menyorot keberagaman kebudayan yang ada di DIY. “Dengan sorot lampu itu, publik jadi lebih tahu banyak kondisi-kondisi lain di tempat lain,” katanya.

Sehingga publik punya referensi kesenian dan kebudayaan lebih luas lagi. Desentralisasi kebudayaan juga akan membawa demokratisasi seni dan budaya. “Iklim seni dan budaya yang demokratis tentu jadi lahan yang subur untuk makin mengembangkan kebudayaan yang ada dan membawa suasana yang lebih riang dalam berbagi dan berpartisipasi,” ujarnya.

BACA JUGA: Jelang Sosialisasi Pembebasan Lahan Tol Jogja-YIA, Ini Langkah Pemda DIY

Berbagi dan Berpartisipasi Bersama

Semangat berbagi dan berpartisipasi bersama tersebut yang hendak dituju dengan tidak memusatkan gelaran FKY. “Itu juga jadi tantangan kami, mungkinkah orang Sleman berkunjung ke Gunungkidul atau Kulonprogo untuk menyaksikan pertunjukan di sana itu pertanyaan yang tak mudah dijawab,” kata Irfan yang hendak merokok tapi tak jadi.

Meskipun sulit, semangat untuk saling menghubungkan pelaku seni dan budaya patut dicoba. “Konsep ini juga masih terus kami cobakan, semoga ada progresnya setiap tahunnya,” katanya.

Tak ada salahnya, mengujicobakan semangat berbagi ilmu dan nilai budaya yang ada. “Maka kami harap gelaran FKY ini terus memantik sikap partisipatif dari masyarakat luas, khususnya pelaku seni dan budaya, agar ada sirkulasi kebudayaan yang lebih luas,” jelasnya.

Sirkulasi seni dan budaya yang lebih luas akan lebih membuka ruang diskusi. “Dalam kaitannya tema tahun ini soal Air dan Tanah, harapannya juga saling berbagi keberdayaan pengolah dua hal tersebut karena setiap daerah punya kekhasannya masing-masing,” ujarnya.

Misalnya di Gunungkidul dan Sleman tentu berbeda cara pengelolaan air dan tanahnya, karena kondisinya berbeda. “Perbedaan ini harapannya memperkaya masing-masing daerah dengan saling belajar, khususnya dalam mendayagunakan kebudayaan untuk mengatasi masalah yang ada” tandasnya.

BACA JUGA: Rangkaian G20 Kebudayaan: 100 Tokoh Adat Nusantara Bertemu Wagub DIY di Kepatihan

Budaya Kunci Bertahan Hidup

Mengenakan batik dengan dominasi warna coklat dan celana kain hitam, Gubernur DIY, Sultan HB X resmi membuka FKY 2022 malam itu. Dalam sambutannya, Sultan menyebut budaya menjadi kunci cara bertahan hidup yang unggul. Banyak mengutip pemikiran Bung Karno soal kebudayaan, Sultan HB X berharap FKY jangan dijadikan agenda rutin tahunan semata.

“Bahkan Bung Karno pun menyatakan bahwa kreasi kultural bukan hanya sekedar seni dan hiburan, tetapi juga menjadi upaya pengayaan wawasan, sebagai bagian dari perjuangan,” jelas Sultan HB X.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jogjapolitan | 3 hours ago

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang DPO Kasus Korupsi Pembangunan Pasar Rakyat Ditangkap di Papua

News
| Sabtu, 20 April 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement