Advertisement
Pengecekan Mata Pasca-Operasi Secara Berkelanjutan Sangat Krusial
Advertisement
SLEMAN—Katarak atau kekeruhan lensa mata adalah penyebab utama kebutaan di dunia dan Indonesia. Penanganan yang tepat dengan operasi katarak sangat diperlukan guna menghindarkan pasien dari semakin parahnya gangguan pengelihatan.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) mencatat pada 2020, sebanyak delapan juta orang di Indonesia mengalami gangguan penglihatan. Sedikitnya 81,2% di antaranya disebabkan oleh katarak. Operasi katarak menjadi pilihan utama untuk memulihkan pengelihatan.
Advertisement
Dokter spesialis mata kornea, katarak, dan bedah refraktif sekaligus Presiden Direktur Rumah Sakit Mata JEC, Johan A. Hutauruk, menjelaskan operasi katarak dapat memberikan kualitas penglihatan yang sangat baik dengan memperhatikan komponen optikal seperti diameter pupil, lapisan air mata, kelengkungan kornea, dan aberasi penglihatan (higher order aberration).
Hal ini ia tuangkan dalam disertasi berjudul Kontribusi Komponen Optikal Bola Mata terhadap Aberasi Derajat Tinggi dan Kualitas Penglihatan Pasien Pseudofakia Usia Lanjut Dibandingkan dengan Pasien Usia Muda Normal.
Penelitian ini mengantarkannya meraih gelar doktor di Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Senin (24/10/2022). Dalam penelitian ini, ia menggali perbedaan kualitas penglihatan antara pasien pseudofakia usia lanjut dan pasien dewasa muda normal atau yang belum melakukan tindakan operasi katarak.
Kelompok pasien dewasa muda dijadikan pembanding lantaran dianggap berada pada fase usia dengan kualitas penglihatan terbaik. Kedua kelompok memiliki mata dengan indeks visus 6/6 atau standar penglihatan yang setara 100% berdasarkan pemeriksaan menggunakan Snellen Chart.
Penelitian tersebut memberi pencerahan di bidang kesehatan mata yakni pasien pasca-operasi katarak dengan Non Invasive Keratograph Break-up Time (NIKBUT) di bawah 9,93 detik berpotensi mengalami keluhan gangguan secara subjektif, meskipun tidak mengalami mata kering.
Nilai ini bisa digunakan sebagai acuan prediksi bagi pasien pseudofakia untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan penglihatan, misalnya dengan memberikan tetes air mata buatan. Artinya, pengecekan pasca-operasi secara berkelanjutan sangat krusial untuk mengantisipasi kualitas penglihatan yang menurun.
“Dengan penelitian ini mudah-mudahan memberi pencerahan ada hal-hal lain yang harus kita periksa jika pasien masih mengeluh walaupun pengelihatannya sudah baik, yang dibilang baik visus 6/6. Jadi kalau sudah visus 6/6 tapi pasien masih mengeluh, kita ada teknologi yang membantu untuk memeriksanya,” katanya.
Ia berharap masyarakat lebih memperhatikan penyakit katarak karena selama ini masih banyak yang takut operasi katarak. “Takut sakit padahal enggak sakit. Takut buta, padahal angka kebutaan kecil sekali habis operasi katarak karena merupakan operasi yang paling tinggi keberhasilannya," kata dia.
Promotor Johan A. Hutauruk, Muhammad Bayu Sasongko, menuturkan penelitian ini merupakan penelitian yang sangat sederhana. Namun pemikiran dibalik kesederhanaan desain penelitian itu kompleks dan tidak sederhana.
“Di saat semua dokter spesialis mata sangat puas dengan hasil visus 6/6, dokter Johan menunjukkan kualitas yang beyond itu. Beliau tidak puas dengan 6/6 dan ingin mencapai lebih dari itu. Selama perjalanannya, beliau juga menunjukkan learning attitude yang istimewa, menerima masukan dan kritik yang perlu dipelajari,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
PDIP Tuding Penggeledahan Rumah Hasto Kristiyanto oleh KPK Pengalian Isu OCCRP Jokowi
Advertisement
Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Tulat, KPU Sleman Tetapkan Paslon Pemenang Pilkada
- Program Makan Bergizi Gratis Kulonprogo Masih Menunggu Instruksi
- Siapkan Rp20 Miliar, Pemkab Sleman Perbaiki Gedung 124 Sekolah Tahun Ini
- Perbaiki Jalan dan Drainase Kotabaru Diperbaiki Tahun Ini, Pemkot Siapkan Rp28 Miliar
- Kebun Plasma Nutfah Pisang Giwangan Hasilkan PAD, DPRD Kota Jogja Usulkan Pengembangan
Advertisement
Advertisement