Advertisement
Gedangsari Jadi Kapanewon di Gunungkidul yang Paling Rawan Longsor
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL -- Kapanewon Gedangsari menjadi daerah di Gunungkidul yang paling rawan longsor. Hal ini terlihat Kajian Risiko Bencana yang disusun BPBD Gunungkidul di 2022.
BACA JUGA : EWS Tanah Longsor di Gunungkidul Tidak Berfungsi
Advertisement
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Gunungkidul, Agus Wibawa Arifianto mengatakan, peta kajian risiko bencana telah selesai dibuat. Berbagai aspek bencana dikaji dan salah satunya berkaitan dengan longsor.
Secara garis besar peta kerawanan meliputi berbagai aspek mulai dari potensi penduduk terdampak; kerentanan fisik serta kerentanan ekonomi.
Berdasarkan tiga indikator tersebut, Kapanewon Gedangsari menjadi wilayah dengan risiko tertinggi di Gunungkidul.
“Untuk zona rawan ada di Patuk, Nglipar, Gedangsari, Ngawen, Semin hingga Ponjong. Tapi, berdasarkan kajian yang dilakukan, risiko tertinggi ada di Gedangsari,” kata Agus kepada wartawan, Kamis (10/11/2022).
Agus mencontohkan, untuk warga terdampak di Kapanewon Gedangsari mencapai 64,70%. Adapun kapanewon lain di Bumi Handayani tingkatnya hanya 44,27% atau di bawahnya.
“Potensi penduduk terpapar di Gedangsari ada 26.672 jiwa,” katanya.
Hal yang sama juga terlihat dari peta potensi kerugian fisik terhadap bangunan. Berdasarkan kajian di Gedangsari mencapai 54% sehingga risikonya tertinggi dibanding kapanewon lain.
“Dari data ini diketahui jika Kapanewon Gedangsari memiliki risiko kerusakan bangunan yang tinggi apabila terjadi longsor,” ungkapnya.
Dia menambahkan, kajian kerawanan juga menyangkut sektor ekonomi. Potensi kerugian ini diakibatkan bencana tanah longsor merupakan hasil analisa dari sektor yang berkontribusi dalam nilai PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) meliputi pertanian, perkebunan dan kehutanan.
“Potensi kerugian ekonomi bencana tanah longsor di Gedangsari mencapai 0,054%. Sedangkan kapanewon lainnya hanya 0,032% atau di bawahnya,” katanya.
Menurutnya, faktor risiko longsor di Kapanewon Gedangsari tinggi juga tidak lepas dari kondisi geografis yang didominasi wilayah perbukitan. Kondisi ini diperkuat dengan kajian terkait dengan potensi kerusakan lingkungan pada saat terjadi longsor mencapai 93,37%.
“Dengan peta kerawanan ini, maka upaya mitigasi terus dilakukan agar dampak dari bencana bisa ditekan sekecil mungkin,” katanya.
Carik Mertelu, Heri Cahyana mengatakan, sebanyak 90% wilayah di Mertelu masuk daerah rawan longsor. Sebab, lokasi tempat tinggal warga berada di perbukitan.
“Ada sembilan dusun dan semuanya rawan longsor. Hingga saat ini masih aman dan musim hujan tidak menjadi masalah bagi warga,” kata Heri.
Menurut dia, upaya antisipasi longsor sudah dilakukan. Selain membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FBRB) di kalurahan, juga ada pemasangan satu EWS dari Pemerintah DIY.
“EWS masih berfungsi dengan baik. Sudah dicoba oleh tim ahlinya dan bunyi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
2 Tentara Indonesia Jadi Korban Serangan Israel di Lebanon, Begini Kondisinya
Advertisement
Patung Gajah Mada Diletakkan di Dasar Laut untuk Tarik Minat Wisatawan
Advertisement
Berita Populer
- Pjs Bupati Bantul Menandatangani Perjanjian Kerja sama dan Pengiriman Perdana RDF ke Pabrik Solusi Bangun Indonesia di Cilacap
- Pedagang Pasar se-Sleman Titip Harapan Besar kepada Harda-Danang di Pilkada 2024
- Jumlah Kecelakaan di Bantul Mencapai Ribuan Kasus, Ini Seruan BPTD DIY
- Kemenkumham DIY Menyeleksi 150 Calon Notaris
- Pemkab Bantul Mulai Kirim RDF Hasil TPST Dingkikan ke Cilacap
Advertisement
Advertisement