Cerita Ojol Perempuan di Jogja Mengaspal Dini Hari Kesasar di Kuburan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sri Windusari, perempuan driver ojek online (ojol) biasanya narik pada malam hingga dini hari. Perempuan 27 tahun itu adalah driver ojol Jogja Kita yang juga tinggal di Sidomulyo, Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Jogja.
Ia beroperasi pada malam hari demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Pada siang hari digunakan untuk mengurus anak seperti antar jemput sekolah, menyiapkan makanan hingga aktivitas lainnya. Namun saat anaknya terlelap tidur, ia perlahan mulai meninggalkan tempat tidur dan menyalakan motor lalu mengaspal di jalanan Kota Jogja untuk memburu penumpang.
Advertisement
Malam hari menjadi waktu tepat baginya untuk membantu keluarga mencari rezeki dengan menjadi driver Ojol. Saat siang hari biasanya ia mengambil waktu antara pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB dengan menyasar kawasan kampus untuk mencari segmen mahasiswa pulang kuliah. Adapun pada malam hari, ia biasa mulai narik pukul 21.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB dinihari.
"Khawatir juga ada, tetapi ini kebutuhan, kewajiban saya harus cari uang. Kalau siang itu antar jemput anak, menemani dia. Baru kalau malam dia tidur saya mulai narik, mangkal di beberapa titik," katanya di sela-sela Kopdar Driver Ojol Jogja Kita di salah satu kafe kawasan Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman Sabtu (19/11/2022).
Ibu anak satu ini memiliki banyak cerita menarik ketika mengaspal dini hari. Beruntung ia selalu mendapatkan penumpang yang baik hati. Belum pernah customer melakukan tindakan yang tidak pantas terhadapnya. Mereka rata-rata sangat menghormati driver perempuan, meski sebagian besar penumpangnya laki-laki.
Sri mencatat beberapa kali penumpang justru yang meminta dan mengambil alih kemudi untuk memboncengkan. Seperti yang pernah ia rasakan saat melayani penumpang dari rute Seyegan untuk tujuan kawasan Jembatan Srandakan, Bantul.
"Waktu itu saya sempat khawatir karena rutenya cukup jauh, di luar perkotaan, tetapi penumpang ini minta dia yang nyetir karena merasa kasihan," ujarnya.
Musim hujan sekalipun ia tetap mengaspal dengan membawa dua jas hujan. Pernah juga merasakan basah kuyup karena hanya membawa satu jas hujan yang ia berikan kepada penumpang. Sri memilih basah demi penumpang yang harus ia layani dengan baik. "Karena waktu itu penumpang ini bawa laptop, sebenarnya jas hujan ini bisa dipakai berdua, tetapi saya takut nanti mendapatkan respons kurang baik," katanya.
Pengalaman lain yang tidak pernah ia lupakan adalah kesasar masuk ke dalam kuburan saat malam hari ketika akan menjemput penumpang. Ia berusaha menjangkau titik jemput penumpang di kawasan Pakuncen Wirobrajan. Akan tetapi mengikuti jalan dan tidak terasa sampai masuk ke tengah kuburan.
"Waktu itu tiba-tiba kok jalan buntu, setelah saya toleh kiri kanan ternyata kuburan. Saya turun dan lari keluar minta tolong warga untuk mengambil motor yang di dalam kuburan. Tetapi ini murni kesalahan saya karena peta Google Map," katanya.
Manajer Driver Operasional Jogja Kita Wahyudi mengapresiasi kegigihan Sri Windusari yang tetap beroperasi malam hari atau dikenal dengan istilah ngalong. Saat ini jumlah driver perempuan di tempatnya ada sekitar 20% hingga 30% dari total 9.000 driver.
Ia menyiapkan tim support jika sewaktu-waktu ada driver yang terkena kendala seperti musibah kecelakaan di jalan atau bentuk lain terutama malam hari. Tim dari manajemen ini akan datang ke lokasi kejadian untuk memberikan bantuan terutama malam hari, biasanya dibantu oleh driver lain.
"Kalau malam lokasi yang ramai titik penjemputan biasanya tempat kafe maupun pusat perbelanjaan, biasanya pada mau pulang. Dini hari banyak juga permintaan agar driver hanya mengawal motor dari belakang saja karena dia takut pulang," katanya.
Kopdar itu diikuti sebanyak 500 driver. Mereka sekaligus melakukan tanda tangan komitmen bersama dengan penyedia layanan aplikasi. Komitmen ini di antaranya untuk meningkatkan layanan komunikasi antara driver dengan penumpang.
"Karena biasanya ada yang proses komunikasi atau chat antara driver dengan customer agak terlambat, selain itu ada yang saat jemput pakai kostumnya aplikasi lain," ucap Dheny Septiawan, Manajer Marketing Jogja Kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Supriyani, Guru Honorer yang Dituduh Memukul Anak Polisi Divonis Bebas
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pilkada 2024, Dua TPS di Gunungkidul Berada di Kawasan Rawan Bencana
- Srawung Kali Jadi Wujud Kepedulian Mahasiswa pada Kondisi Darurat Sampah
- Bawaslu Sleman Gelar Apel Siaga Jelang Masa Tenang dan Pemungutan Suara Pilkada
- Pilkada Kulonprogo, 8 TPS Rentan Intimidasi, 61 Terkendala Internet
- Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia
Advertisement
Advertisement