Inflasi DIY Bakal Terus Naik di Akhir 2022, Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA — Angka inflasi DIY masih berada di atas rata-rata nasional di Bulan November 2022 ini. Bahkan pada akhir tahun ini diperkirakan inflasi DIY terus meningkat seiring tinggi permintaan pasar karena banyaknya wisatawan yang datang ke Jogja.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Budhi Setyawan menjelaskan angka inflasi DIY pada November 2022 tercatat 6,54% (yoy), melandai dibandingkan Oktober 2022 yang mencapai 6,67% (yoy).
Advertisement
Akan tetapi jika dibandingkan rata-rata nasional dan regional Jawa, angka inflasi DIY lebih tinggi. Karena angka nasional yaitu 5,42% sedangkan Jawa 5,19%.
Sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi antara lain energi (bensin, bahan bakar rumah tangga) akibat ada penyesuaian harga domestik. Selain itu tarif angkutan udara seiring dengan relaksasi mobilitas, sehingga makin banyak permintaan datang ke DIY.
BACA JUGA : Inflasi di DIY Melandai di Tengah Deflasi Komoditas Pangan
“Kalau secara bulanan inflasi November 2022 memang meningkat tipis 0,14 persen, sedangkan Oktober mengalami peningkatan 0,32 persen. Penyebab lain termasuk karena kenaikan harga tempe seiring naiknya kedelai global, kenaikan telur ayam ras. Kemudian penyaluran bansos ini otomatis ada peningkatan permintaan,” katanya di Keaptihan, Selasa (20/12/2022).
Ia menambahkan sebanyak 69% penyebab inflasi DIY berasal dari core inflation atau permintaan pasar karena Jogja sebagai tujuan wisata dan pendidikan. Adapun mereka yang datang ke Jogja, daerah asalnya memiliki kemampuan jual yang lebih tinggi sehingga ketika ke Jogja dengan harga yang relatif rendah mengakibatkan permintaan tinggi.
BACA JUGA : Pemulihan Ekonomi DIY Dibayangi Naiknya Angka Inflasi
Budhi mengakui kondisi ini menjadi berat bagi DIY untuk mengendalikan inflasi di akhir tahun. Karena inflasi yang terjadi justru disebabkan dari permintaan, bukan dari suplai barang. Oleh karena itu, ia memperkirakan inflasi DIY akan terus mengalami peningkatan hingga akhir 2022 ini karena tingginya permintaan.
Berdasarkan data tahun 2021 sejumlah komoditi pendorong kenaikan inflasi akhir tahun antara lain cabai rawit 0,71%, angkutan udara 0,08%, terlur ayam ras 0,07%, cabai merah 0,05% dan minyak goreng sebanyak 0,05%. Hal ini karena permintaan yang meningkat untuk kebutuhan hari raya, jumlah wisatawan akhir tahun meningkat.
“Tekanan dari sisi permintaan terutama akibat meningkatnya kebutuhan untuk perayaan HBKN [Hari Besar Keagamaan dan Nasional] dan libur akhir tahun. Sementara dari sisi penawaran, pasokan komoditas tanaman pangan dan hortikultura cenderung berkurang setelah masa panen raya yang usai,” ujarnya.
BACA JUGA : Tekan Inflasi, DIY Segera Salurkan Rp7 Miliar untuk Masyarakat
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menyatakan Pemda DIY yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan sejumlah langkah dalam mencegah terjadinya inflasi berlebihan. Di antaranya memantau harga bahan pokok, menjaga keseimbangan antara suplai barang dengan permintaan, mengawai pelaku usaha agar tidak curang hingga memastikan kelancarana distribusi bahan pokok.
“Kemudian melakukan operasi pasar, melakukan pasar murah agar harga tidak terlalu melonjak tinggi. Karena saat ini permintaan selalu meningkat. Seperti harga kamar hotel saat akhir tahun jelas meningkat, tetapi karena banyak wisatawan dari luar DIY tetap saja dibeli meski pun mahal, ini juga memicu inflasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
Advertisement
Advertisement