Advertisement
Pertamax Tak Laku, Pengusaha Pertashop Berharap Bisa Jual Pertalite

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Ketua Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) Satya Wacana berharap pemerintah untuk bisa memperhatikan keberlangsungan usaha pertashop. Kenaikan harga jual pertamax berdampak pada tidak lakunya produk ini karena masyarakat lebih memilik pertalite di SPBU. Kondisi ini mengancam keberlangsungan usaha dikarenakan terancam gulung tikar.
“Sekarang mulai ada yang tutup. Contohnya, di Gunungkidul sudah ada tiga unit pertashop yang tutup. Masyarakat lebih memilih pertalite,” kata Satya saat dihubungi, Senin (2/1/2023).
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
Terkait dengan keberlangsungan usaha pertashop, Satya mengaku sudah pernah audiensi dengan Bupati Gunungkidul, Sunaryanta bersama dengan Dinas Perdagangan Gunungkidul. Ia berharap ada solusi agar sektor usaha terus bisa dijalankan.
BACA JUGA : Gara-gara BBM Terus Naik, Usaha Pertashop Bangkrut
Menurut dia, dikarenakan kenaikan harga pertamax dari awalnya Rp9.000 hingga sekarang Rp13.900 per liter membuat para pengusaha merugi. Hal ini terjadi tak lepas hasil penjualan yang menurun sehingga tidak menutupi biaya operasional.
“Dulu bisa laku hingga 600 liter per harinya, tapi kondisi sekarang paling laku 75-100 liter. Jelas tidak menguntungkan,” katanya.
Dia pun berharap ada solusi agar usaha pertashop bisa terus dijalankan. Salah satunya agar bisa menjual BBM subsidi jenis pertalite.
Satya menyakini dengan diperbolehkan menjual pertalite, maka usahanya bisa tetap dijalankan. Pasalnya, selain harganya paling murah, juga merupakan BBM yang paling banyak dicari masyarakat.
BACA JUGA : Beli BBM di Pertashop Ini Dapat Hadiah Menarik Produk UKM
“Kalau tidak harapannya selisih harga antara pertalite dan pertamax bisa diturunkan. Paling banyak selisihnya Rp1.500 per liter, maka usaha pertashop masih bisa jalan. Kalau seperti sekarang jelas tidak bisa karena selisihnya terlalu tinggi,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro membenarkan adanya keluhan dari pengusaha pertashop berkaitan dengan keberlangsungan usaha. Meski demikian, ia mengakui, pemkab tidak bisa berbuat banyak dikarenakan penentuan harga berada di Pemerintah Pusat.
“Kami hanya melakukan pengawasan dengan carat era ulang berkaitan dengan takaran dalam penjualan,” katanya.
Kelik mengungkapkan hingga sekarang ada 56 pertashop di Gunungkidul. “Dari laporan asosiasi pengusaha, sekarang sudah ada yang tutup karena terdampak kenaikan harga jual pertamax,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
- 2.000 Ton Beras Disiapkan untuk Operasi Pasar di Batang, Harga Rp9.450 per Kg
- Nirina Zubir Comeback ke Film Horor Lewat Pesugihan: Bersekutu dengan Iblis
- Pilot dan Penumpang Susi Air Selamat, Sembunyi dari KKB Egianus Kogoya
- Mengenang Kejayaan Jalur KA Wonogiri-Baturetno, Jadi Andalan Pelajar & Pedagang
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

Curhat Mensos Risma Ke DPR, Bansos Rp412 Miliar Diblokir Sri Mulyani
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Baznas Kota Jogja Maksimalkan Perolehan ZIS di Bulan Ramadan
- Pedagang Teras Malioboro 1 Dilibatkan pada Peringatan Bulan K3
- Simak Jadwal KRL Jogja Solo Rabu 8 Februari 2023
- Prakiraan Cuaca DIY Rabu 8 Februari 2023, Pagi Berawan Siang Hujan
- Kapan Bantul dan Kulonprogo Tersambung Lewat JJLS? Ini Jadwalnya
Advertisement
Advertisement