Advertisement
Gara-gara BBM Terus Naik, Usaha Pertashop Bangkrut & Memilih Tutup
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA– Unit usaha pertashop di Gunungkidul mulai ada yang ditutup. Penutupan dilakukan karena merugi yang disebabkan kenaikan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertamax.
Tutupnya penjualan pertamax bisa dilihat di pertashop di Kalurahan Candirejo, Semin. Usaha yang berada di wilayah perbatasan antara DIY dengan Jawa Tengah ini sudah tutup lebih dari satu bulan.
Advertisement
BACA JUGA : Penjualan BBM lewat Pertamini di Gunungkidul Bakal Diawasi
Tidak ada yang tahu persis alasan yang mendasari pertashop tutup. Namun, diduga pengusaha menutup dikarenakan kenaikan harga jual pertamax sehingga jumlah pembeli makin menurun setiap harinya.
Salah seorang warga Candirejo, Semin, Suyamto mengatakan, pertashop di wilayahnya sudah tutup lumayan lama. Ia mengakui sempat menjadi pelanggan pada saat harga jualnya masih Rp9.000 per liter.
“Sekarang sudah tidak lagi karena harganya mahal sehingga memilih memakai pertalite yang lebih murah,” kata Yamto kepada wartawan, Senin (2/1/2023).
Terkait dengan tutupnya pertashop di wilayahnya, ia tidak tahu menahu. Meski demikian, Yamto menduga, salah satu faktornya dikarenakan kenaikan harga pertamax.
“Yang jelas pada saat terjadi longsor di Dusun Blembem di pertengahan November 2022 sudah mulai tutup,” katanya.
Ketua Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPMI) DIY, Satya Prapanca mengatakan, setelah tumbuh dengan pesatnya, fenomena tutupnya pertashop mulai bermunculan. Sebagai contoh di Gunungkidul ada tiga unit yang tutup meliputi pertashop di Semanu, Nglipar dan Karangmojo.
“Tutupnya pertashop tidak hanya di Gunungkidul, tapi juga terjadi di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Satya.
Menurut dia, alasan penutupan tidak lepas dari kenaikan harga pertashop yang sekarang dipasarkan Rp13.900 per liternya. Harga ini dinilai memberikan pengaruh karena pemilik kendaraan bermotor lebih memilih membeli pertalite seharga Rp10.000 per liter.
“Kami akan terus data mana saja pertashop yang tutup,” katanya.
BACA JUGA : Pertashop di Gunungkidul Diberi Pendanaan
Satya menjelaskan, usaha pertashop sempat berkembang pesat pada saat harga pertamax Rp9.000 per liter. Namun setelah mengalami kenaikan mulai April 2022, perlahan-lahan mulai menurun hingga akhirnya ada yang ditutup.
“Sewaktu Rp9.000 sehari bisa menjual 600 liter, tapi sekarang bisa menjual 100 liter per hari sudah bagus,” katanya.
Menurunnya penjualan pertamax di pertashop jelas memberikan pengaruh terhadap usaha di pertashop. Satya mengakui pendapatan saat ini tidak mencukupi biaya operasional mulai dari gaji karyawan, membayar listrik hingga pemeliharaan peralatan.
BACA JUGA : Ada Rencana Kenaikan Harga, SPBU di Gunungkidul Diserbu
Sedangkan di sisi lain, para pengusaha juga dituntut membayar angsuran dikarenakan banyak yang menjalankan usaha karena meminjam modal ke bank. “Satu pertashop standar bisa menghabiskan biaya Rp500 juta. Modal ini diperoleh dengan meminjam bank dengan kewajiban angsuran rata-ratqa Rp8 juta per bulannya. Kalau kondisinya terus seperti ini, maka usaha pertashop akan banyak yang tutup,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Periksa Mantan Ketua KPU Arief Budiman Terkait Kasus Hasto Kristiyanto
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- DPRD Kota Jogja Umumkan Penetapan Walikota Jogja Terpilih, Jadwal Pelantikan Masih Menunggu
- Menu MBG di Sleman Hari Kedua: Lauk dan Sayur Tetap Nikmat Meski Tanpa Susu
- Banyak Sampah Dibuang di Hutan Gunungkidul Akibat Minimnya Kesadaran Warga
- Perbaikan Jalan Sentolo-Nanggulan Rp2 Miliar, Warga Minta Libatkan Tenaga Kerja Lokal
- Datangi DPRD Kota Jogja, Pedagang Teras Malioboro 2 Minta Pengundian Diulang
Advertisement
Advertisement